Cinta sang wanita dan ego kaum pria

Semalam, salah seorang saudara dekat saya mengadukan persoalan rumah tangganya. Sudah dua hari ini ini ia minggat dari rumahnya, dan kost di tempat lain. Katanya ia ingin menenangkan diri. Pusing mikirin istrinya yang nggak juga berubah perangainya.“Emangnya kenapa dia?” saya mencoba menelusuri apa sebetulnya persoalan yang ia hadapi.

“Dia sering bicara hal-hal yang membuat saya sakit hati. Kalau nafkah yang saya berikan terlalu sedikit ia mengeluh. Ia juga suka melemparkan kata-kata yang merendahkan diri saya.” katanya.

Lalu berceritalah ia panjang lebar. Saya bisa merasakan betapa ia telah “kehilangan” keberaniannya berhadapan langsung dengan istrinya. Dulu saya mengenal dia sebagai “lelaki koleris” yang cenderung berperilaku garang, pemarah, nggak mau kalah, suka menentang, tidak humanis, dsb.

Tapi saat ini yang saya lihat, ia benar-benar jadi “lelaki phlegmatis” melankoli yang pengecut, terlalu banyak pertimbangan, gampang menyerah, penakut dan gampang menangis. (tentang apa itu phlegmatis, melankoli, sanguinis, dst … baca artikel ini)

Dari ceritanya, saya menduga istrinya adalah seorang koleris yang kuat yang suka mengatur, cenderung menghakimi, mudah marah, eksploitatif, dan tampaknya dia lah yang mengendalikan rumah tangganya.

***

Saya jadi teringat sesuatu. Ya, apa rahasianya agar istri mencintai suaminya? Dan begitu juga sebaliknya? Tentu saja banyak nasehat-nasehat para ahli di bidangnya. Saking banyaknya, jadi terasa biasa saja dan sebagian besar udah lupa.

Namun resep yang satu ini benar-benar gampang diingat.Begini.
Yang paling diinginkan seorang wanita dari sang pria adalah CINTA. Sedangkan buat pria, yang paling ia jaga, yang paling penting baginya, diatas segala-galanya, sehingga tak boleh diusik, diganggu oleh siapapun juga adalah EGO nya.”

Saya melihat inilah yang terjadi pada saudara saya itu. Ia menjadi “lumpuh” tak lagi merasa menjadi suami, tak mampu lagi memimpin rumah tangga, tak bisa lagi mencintai istrinya … karena sering sekali EGO nya “kena”. Biasanya oleh sikap, perlakuan dan kata-kata istrinya.

Biasanya sang istri nggak begitu menyadari. Lebih-lebih bila ia seorang wanita koleris-sanguinis yang kurang pandai menjaga EGO suaminya.

Andai saja ia tahu bagaimana memelihara EGO suaminya, dan pandai pula membangkitkan ego tsb menjadi energi positif luar biasa, pasti hasilnya akan luar biasa. Saya yakin seyakin-yakinnya, suaminya akan semakin bertambah cinta kepadanya. Sulit sekali bagi setiap lelaki zaman sekarang ini memperoleh “penghargaan atas ego” nya dari dunia luar.

Yang lebih parah lagi, bila suami mendapatkan “pemuasan ego” nya itu dari teman-teman wanita lainnya. Jadilah hatinya memperoleh “tempat berlabuh” dalam diri wanita itu. Dan tanpa sadar mungkin bisa berubah menjadi cinta yang baru. Mungkin itu pula sebabnya banyak suami anggota “ISTI” (ikatan suami takut istri) yang jatuh dalam pelukan pelacur, lantaran disanalah ia mendapatkan dirinya benar-benar jadi “seorang lelaki”.

***

Sebaliknya, bagi setiap wanita, tak ada yang lebih ia butuhkan, yang lebih ia harapkan, yang ia dambakan … kecuali hanyalah CINTA. Bagi para wanita, cinta adalah diatas segala-galanya. Walau ia seorang wanita yang sangat berkuasa.

Itulah yang ingin ia tuntut dari suaminya. Itulah yang akan membuat ia bahagia. Betapapun pintarnya seorang suami, namun jika ia kurang pandai “memberikan cinta yang tulus” kepada istrinya … hambarlah hidupnya. Ia akan sering merasa kesepian, walau tiap hari bertemu.

Bagaimana menurut anda?

*** Penulis: nilnaiqbal

10 thoughts on “Cinta sang wanita dan ego kaum pria”

  1. saya kurang setuju bahwa apa yang diinginkan wanita adalah CINTA… lha kasus curhat-an saudara Anda itu menunjukkan, istrinya tidak butuh cinta.. tapi HARTA…

    tidak sedikit wanita yang bertipe demikian zaman sekarang ini.. realistis saja..

    ada satu quote penting soal wanita:
    “wanita yang kau perlukan adalah yang menyemangatimu dan mengertimu di saat kau jatuh dan terjerembab… lalu dia akan mengingatkanmu agar tak lepas kendali ketika kau terbang..”

    itu quote bikinan sendiri.. hehe.. baru aja bikinnya, instant! 😀

    —————
    Terimakasih ya. Quote nya bagus juga 🙂

  2. Wanita membutuhkan cinta dan juga NAFKAH
    bukan sekedar harta.
    mungkin saja kebutuhan primer/sekunder mereka masih belum terpenuhi secara baik,
    jadi isterinya bawaannya marah…
    apalagi kalau si isteri manilai bahwa si suami sebenarnya berpotensi untuk menghasilkan yg lebih…
    sementara untuk mencukupi kekurangan (karena penghasilan suami relatif kecil) si isteri harus banting tulang, sementara di mata isteri, si suami masih agak nyantai. Bete dong…

    ———————
    “Kemarahan” istri yang kekurangan nafkah yang kemudian karenanya ikut membanting tulang … ada dua kemungkinan yang terjadi. Pertama, kalau kurang bijak dalam berkata, bisa jadi EGO sang suami “kena” lalu sering memunculkan pertengkaran atau paling tidak perang dingin. Kemungkinan kedua, sang istri pandai “membakar” EGO suami, sehingga tampil luar biasa, bekerja jauh lebih keras. Ada seninya mungkin ya 🙂

  3. Choleric, Phlegmatic, dsjnya kan terlalu deterministik waktu menganalisis. Miriplah dengan rasi bintang atau shio. Dengan mudah manusia yg punya demikian banyak pengalaman yg unik dimasukkan saja ke beberapa kotak. Agak ooold school-lah—cuma memang laris, ya seperti ramalan bintang itu. Simpel dan remaja-wiah 🙂

    Karena deterministik begitu, analisis juga jadi cepat sekali sampai pada kesimpulan.

    Misalnya, kan jadi muncul pertanyaan lain, laki-laki itu aslinya penakut yang selama ini pura-pura garang, atau aslinya memang garang tapi sekarang sedang ketakutan? Nah hipotesa mana yang jadi tesa, itu yang “dicari” lewat bahasa tubuh, tinggi rendahnya suara, sampai bahasa yang digunakan.

    Kalau saya sih, lebih suka begitunya dulu… baru diputuskan penakut asli garang, atau garang asli penakut… tapi tetap tidak menyebut “phlegmatic, dkk”–karena itu udah jadi laci mati.

    Terlalu rumit?

    ——————-
    Terima kasih atas masukannya. Saya sependapat manusia sangat unik dan tidak bisa begitu saja dikotak-kotakkan dalam definisi yang begitu sederhana. Namun memang selama ini lumayan ngebantu aja 🙂 dengan memandangnya bukan sebagai “karakter” manusia, melainkan hanya sebatas fenomena. Sekali lagi makasih ya 🙂

  4. Sebelum menikah keduanya (saya yakin) saling mencintai, tetapi setelah sekian lama cinta itu mulai pudar dimakan persoalan-persoalan yang muncul. Harta sebanyak apa pun tidak akan cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup kita. Kerja sekeras apa pun juga mungkin belum bisa mengatasi persoalan yang ada. Karena inti persoalannya bukan HARTA YANG TIDAK CUKUP tapi bagaimana sebaiknya mereka berdua mengatasi permasalahan yang ada.
    Saya yakin bahwa mereka berdua jauh di dalam lubuk hatinya masih saling mencintai. Sebaiknya mereka belajar untuk berkomunikasi dan menyampaikan “message” dengan benar sehingga respon yang diharapkan muncul dengan sesuai. Contoh :
    Perempuan
    Fakta : uang belanja tidak cukup

    Biasanya : Kamu sih kerjanya kurang keras makanya uang belanja gak pernah cukup. Liat dong si A…bla…bla…bla…
    Sebaiknya diganti dengan : Pak, bulan ini uang belanjanya kurang Bagaimana sebaiknya menurut bapak?

    Kurang lebih seperti itulah, karena seringkali kata-kata yang dikeluarkan tidak menyampaikan “message”. Saya juga (masih) yakin bahwa selain si suami merasa direndahkan, si istri pun merasa tidak dicintai juga.
    Jadi sebaiknya kedua nya belajar untuk jujur dan menyampaikan “message” dengan cara yang baik dan benar, juga belajar untuk menyelesaikan masalah berdua. Karena yang penting bagaimana menyelesaikan masalah diantara mereka bukan “uang” itu sendiri yang jadi masalah.
    Terkahir, kabur dari rumah bukan cara untuk menyelesaikan masalah tetapi menambah masalah baru.

  5. membaca artikel & komen jadi inget masa susah dulu tapi membawa berkah. Intinya jadikan syukur sebagai message pertama, mengapa demikian saya lakukan ? karena saya pernah merasa hampir kehilangan dia karena suatu kecelakaan di awal memulai hidup bersama. semenjak itu apalagi yang paling utama yaitu kebersamaan. Kebersamaan dalam mimpi, kebersamaan dalam tujuan-tujuan yang ingin kami capai dsb. Alhamdulillah sampai kini.

  6. membaca artikel dan comment ini jadi inget masa lalu yang susah tapi bawa berkah. Intinya jadikan syukur sebagai message pertama dalam berkomunikasi dengan pasangan. Mengapa saya lakukan ? karena saya pernah merasakan hampir kehilangan dia karena kecelakaan diawal memulai hidup bersama. Semenjak itu apalagi yang utama selain kebersamaan. Kebersamaan dalam mimpi, kebersamaan dalam mencapai tujuan-tujuan hidup kami, selalu diawali dengan syukur. dan Insya Allah kami jadi ta’ takabur.

  7. Menurut saya ada betulnya,kalau seorang wanita/istri memang mengharapkan satu perhatian yang khusus dari pria/suami.Bisa berupa CINTA,keperdulian yang tulus atau masih banyak lagi jenisnya.Dan semua itu perlu ditunjukan dengan semanis mungkin supaya bisa menjaga perasaan istrinya.Sementara keharusan seorang istri adalah menghormati posisi suami sebagai kepala keluarga yang sifatnya sebagai imam yang memimpin perjalanan rumah tangga.Kalau suami sudah melaksanakan kewajibannya memberi nafkah lahir batin istrinya harus menerima ikhlas.Meskipun tidak berlebihan,yang penting pendidikan anak,kesehatan,sandang pangan terpenuhi.Suami lari dari istri adalah suami pengecut apapun alasannya,tidak pantas disebut laki-laki.Istri ditaktor/yang menguasai suaminya bisa jadi disebut istri durhaka.Karena tidak hormat dan berbakti.Jadi sebenarnya suami istri yang seharusnya adalah bisa saling berbagi,saling mengisi,saling mengerti dalam segala hal.Komunikasi aktif,hati yang tulus,pedoman agama cukup,insya ALLAH akan meminimize percekcokan rumah tangga.
    That’s all…..Tq
    Dewie 15 jan’10

Leave a Comment