Efek-efek dosa: Mengapa saya tak mampu melihatnya?

Seandainya saya bisa melihat langsung efek dari sebuah perbuatan dosa, tentu saya akan berusaha menghindarinya. Seperti layaknya kita menghindari panasnya api, sebab kita tahu persis apa akibat yang bakal ditimbulkannya.

Saya tertarik dengan salah satu contoh dalam ayat 12 surat al-Hujurat, mengenai larangan Al-Qur’an untuk tidak melakukan ghibah, bergujing dan mencari-cari kesalahan orang lain. Pada bagian sambungan ayat itu dikatakan,  “Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya.” (Q.S. al-Hujurat : 12)

Mengapa saya tidak bisa melihat efek dosa seperti yang dimaksud ayat itu? Mengapa ketika menggunjing orang lain, mata batin saya tak mampu melihat atau merasakan sedang memakan daging saudara saya yang telah mati?

Sejak lama saya juga tertarik dengan statement Al-Qur’an yang berbunyi, “Lau ta’lamuna ilmal yaqîn“, yang artinya kurang lebih niscaya kamu akan mampu menyaksikan neraka dan penduduknya itu dengan penglihatan batin.

Ya memang, kalaulah kita bisa memiliki pandangan mata seperti pandangan Nabi Ibrahim AS, “Wakazdalika nurî Ibrahima malakutassamâwâti wal ardhi” (al-An’am: 75), tentulah kita akan bisa menyaksikan orang-orang yang berada di neraka jahannam itu.

Mengapa saya tak mampu? Inilah masalahnya. Al-Qur’an sendiri sudah menjelaskan bahwa, “Sesungguhnya kamu berada dalam Keadaan lalai dari (hal) ini, Maka Kami singkapkan daripadamu tutup (yang menutupi) matamu, Maka penglihatanmu pada hari itu Amat tajam.” (Q.S. al-Qaf : 22)

Ya, lantaran “mata batin” saya ini masih juga buta, dan pengetahuan yang seharusnya menyinari saya belum pula kuat menembus “hijab” … itulah penyebabnya. Kenapa? Saya yakin ini karena berbagai dosa masih terus saja saya lakukan. Tanpa saya sadari. Tanpa saya inginkan bahkan. Ini terjadi setiap hari!  Berulang! Astaghfirullahal ‘adziim ….!

Apa yang harus saya perbuat sekarang? Saya harus menerangi jiwa saya dengan pengetahuan yang satu ini. Ya, menurut saya ini adalah pengetahuan yang sangat penting. Pengetahuan tentang dosa-dosa. Dengan begitu saya akan belajar untuk berusaha menghindarinya. Saya mesti tahu apa saja yang dapat “membakar” tangan, mata, dan tubuh saya dari “api neraka”.

Saya baru saja tersadarkan, betapa selama ini, saya mungkin terlalu banyak mengabaikan dosa-dosa yang tidak kentara, dosa-dosa yang terlalu diremehkan. Khususnya dosa-dosa saya dengan orang lain, bahkan dengan anak-anak dan istri saya.

Betapa sering saya meninggalkan anak-anak saya justru ketika ia menginginkan kehadiran saya. Betapa mudah saya memberikan harapan dan janji, tetapi kadang tak ditepati. Betapa lancang saya mengambil hak-hak istri saya, walau ia tak menyatakan keberatannya. Begitu samar …!

Imam Ali bin Abi Thalib kw berkata, “Dosa paling keji adalah dosa yang diremehkan oleh pelakunya.”

Do’akan saya ya 🙂

*** Penulis: Nilna

Leave a Comment