Mengendalikan Surplus Ledakan Energi Seksual

Energi manusia kerap kali meledak akibat perubahan reaksi emosionalnya. Salah satu diantaranya, energi seksuil. Lantas bagaimana mengaturnya?

Jika Anda dikejar seekor binatang buas, pada waktu itu Anda mungkin mampu memecahkan rekor lari cepat, demi menyelamatkan nyawa Anda. Atau salah seorang keluarga Anda dianiaya orang lain, tentu Anda akan marah luar biasa. Saat itu Anda tak lagi peduli dengan kelemahan fisik yang Anda derita, berganti dengan keberanian yang mungkin dalam kondisi normal tak biasa Anda lakukan.

Siapa yang penanggung jawab semua ini?
Penelitian-penelitian ilmiah telah menunjukkan bahwa yang mendorong manusia mampu berbuat ‘surprise’ begitu adalah hormon Adrenalin. Hormon ini dihasilkan oleh bahagian inti kelenjar Adrenal (di atas buah pinggang) atas perintah ‘Panglima Tertinggi’ semua kelenjar hormon –tak lebih sebesar biji kacang- yang dikenal sebagai kelenjar Hipofise.

Perintah tersebut dikeluarkan sebagai reaksi tubuh secara biologis atas kode-kode ancaman yang bersumber dari rasa takut, hilang kesabaran, panik dan kehilangan harga diri. Proses tanggapan itu terjadi dalam waktu yang sangat singkat. Pada waktu itu nafas menjadi terengah-engah, gerakan jantung lebih kuat dan tekanan darah lebih tinggi.

Akibatnya darah akan bergerak jauh dari daerah perut dan usus. Ia akan lebih banyak mengalir ke arah jantung, organ-organ saraf dan otot. Lalu proses-proses dan reaksi-reaksi di usus akan berhenti, limpa akan menciut sambil melepaskan persediaan butir-butir darah yang ada padanya. Gula yang tersimpan dalam ‘hati’ (dalam bentuk lemak hewan) akan dialirkan ke pembuluh darah yang mengakibatkan kadar gula darah lebih tinggi, (akan terlihat adanya gula dalam air seni).

Pendeknya, susunan kimiawi darah dan tegangan-tegangan pembuluh darah akan berobah. Racun-racun keletihan dinetralisir dan otot mendapat lebih banyak darah.

Kalau hormon Adrenalin mempersiapkan tubuh untuk bertindak pasif, maka hormon Noradrenalin akan mempengaruhi emosi dalam bentuk kemarahan yang dijabarkan dalam aksi perbuatan yang kadang agresif. Hormon ini juga diproduksi oleh inti kelenjar Adrenal berdasarkan pengaruh organ-organ saraf otonom.

Dr. Muhammad Mahmud Abdul Kadir, seorang Doktor filsafat (Ph.D) dalam bidang Kimia Organik dari London University, berpendapat bahwa perbedaan antara binatang-binatang buas dengan binatang ‘penakut’ terletak pada perbedaan kadar Adrenalin dan Noradrenalin yang diproduksi. Singa misalnya, memproduksi lebih banyak Noradrenalin, sedang kelinci lebih banyak Adrenalin.

Bagaimana dengan manusia? “Adapun reaksi-reaksi pada manusia dapat berubah-ubah, kadang-kadang Adrenalin lebih tinggi dari kadar Noradrenalin, dan sebaliknya”, kata guru besar Kimia Organik itu.

Orang-orang berpribadi lemah, produksi Adrenalinnya lebih tinggi. Mereka sering diliputi rasa takut dan lemah dalam menghadapi keadaan-keadaan kritis, hingga reaksi yang mereka berikan adalah lari dari kenyataan dan ketakmampuan menghadapi tantangan. Begitu juga sebaliknya.

Jadi adanya perasaan-perasaan primer, seperti rasa girang, gusar, takut, berani, sedih dan sebagainya, erat kaitannya dengan pengaruh senyawa-senyawa kimia hormon (di samping tentunya persenyawaan lain). Sedangkan sifat dan lamanya ‘gejolak emosi’ tersebut –menurut Walter B. Fitkin- erat hubungannya dengan jumlah energi dan kecepatan perasaan-perasaan sekunder (berfikir, mempertimbangkan – akal budi).

Misalnya, laki-laki atau wanita yang rendah tingkat kecerdasannya dan cuma memiliki energi biasa, bisa saja memperlihatkan suatu kekacauan emosi, namun biasanya tak hebat, lagi pula lekas lenyap.
Buktinya, perhatikan saja betapa mudah mereka didorong untuk melakukan tindakan-tindakan instingtif (naluriah), seperti lari menjauhi bahaya, mengepal tinju,bersembunyi di balik pohon atau batu karang agar tak kena ‘peluru nyasar’, dan sebagainya.

Sebaliknya orang yang berotak cerdas, banyak fantasi, terbiasa berfikir lebih dahulu, melihat ke depan dan menimbang-nimbang, ledakan ‘energi insani’ nya itu lebih kuat dan lebih hebat, baik secara menyenangkan maupun tidak. Setidaknya begitulah hasil penelitian Walter B. Fitkin, dalam bukunya U Kunt Veel Meer Dan U Denkt, -melipatgandakan Kesanggupan Anda.

Ini juga dapat kita saksikan paling jelas pada anak-anak. Ledakan-ledakan paling chaotis, berupa kegembiraan, kaget dan gusar terjadi pada anak laki-laki dan perempuan yang dalam hal kecerdasan, khayalan yang serba hidup dan keriangan umum, berada di atas tingkat normal.

Tetapi hal itu bukan berarti anak-anak yang kurang cerdas, kurang cekatan tidak akan mengepal tinju ketika marah, atau lari tatkala dikejar anjing galak, atau membelai orang-orang yang mereka kasihi. Bedanya adalah ‘ledakan’ tersebut tidak berlangsung lama, ia akan cepat tenang kembali.

Mengendalikan Energi Insani
Dalam hidup sehari-hari sering terjadi ledakan-ledakan energi yang dibebaskan ke segenap penjuru dengan segala kedahsyatannya. Tapi sayang, sedikit yang mau mengatur energi ‘dalam’-nya sedemikian hingga memperoleh ‘untung berlipat ganda’. Inilah suatu mu’jizat yang perlu sebetulnya kita manfaatkan.

Apa yang perlu kita lakukan? Kuasai dan kemudian kendalikan ledakan emosi tersebut, maka ‘ledakan’ itu akan membantu Anda meraih kemajuan. Salah satu faedah yang dapat diperoleh antara lain buat kesehatan diri sendiri. Sebab apabila reaksi ‘gejolak’ itu lebih hebat, akibat yang bakal ditimbulkannya bisa-bisa berbahaya.

Sedikit saja kebanyakan salah satu hormon, maka berobahlah sama sekali reaksi kimiawinya. Kadang-kadang dapat melumpuhkan kegiatan otot, atau timbul rasa muak atau bisa jadi insomnia (tak bisa tidur). Kalau hal itu terjadi, cara paling mudah, istirahatlah secara penuh. Ini mungkin dapat menetralisir kembali racun-racun yang digetahkan sebelumnya.

Maka adalah seorang yang bijaksana, bila ia mempersiapkan satu atau beberapa jenis ‘pekerjaan’ hingga ia mampu melampiaskan tekanan energinya itu. Dengan demikian energi dahsyat itu tak kan terbuang percuma.

Surplus Energi Seksual
Para fisiolog dalam penyelidikannya terhadap orang-orang normal berpendapat bahwa lingkunganlah yang mempengaruhi otak, sedang otak mendorong alat-alat tubuh. Begitu pendirian Sherrington, Crile dan lain-lain.

Sebaliknya para psiko-analis –yang tentu saja menyusun hipotesanya dengan mengamati orang-orang ‘sakit’- malah berpendapat, alat-alat tubuhlah yang membuat otak bekerja. Tak kurang dari tokoh-tokoh terkemuka, Kempf, Freud, Adler dan Jung berpendapat demikian.

Lalu Walter B. Fitkin lebih tegas lagi mengatakan, “…di sinilah letaknya perbedaan antara orang normal dan yang tak normal”.
Kemudian ia melanjutkan, “Orang-orang biasa yang sehat kurang berminat akan segala masalah-masalah erotis. Reaksi mereka terhadap itu tak ubahnya seperti terhadap rasa lapar atau dahaga”.

Artinya, mereka baru melampiaskan nafsunya itu kalau betul-betul wajar dan termungkinkan. Kalau tidak, sebisanya mereka akan melupakan saja. Karena apa? Sekali lagi, orang-orang normal bisa menguasai dan mengendalikan energinya, termasuk energi seksual yang ‘ganas’ dan kuat itu. Sedang orang tak-normal, penyakit syaraf dan ‘lemah’, dirinya dikuasai oleh bagian-bagian alat tubuhnya. Pada prinsipnya mereka memang ‘orang-orang malang’.

Lantas apa yang bisa kita perbuat dalam mengatasi surplus dan desakan kuat energi seksuil tersebut? Dalil utama yang disarankan Walter adalah “salurkan pada pekerjaan yang membutuhkan banyak energi”. Misalnya bentuk-bentuk permainan, gerak badan, aktif dalam organisasi (yang minta banyak energi), dan sebagainya. Bahkan lebih disarankan mengutamakan cabang-cabang olah raga dan keasyikan yang terutama meminta tenaga besar dari otot-otot lengan, kaki dan punggung, serta bisa dilakukan dengan sendirian.

Selain itu segala pergaulan masyarakat yang secara langsung atau tidak, melingkupi taraf kehidupan asmara, yang merangsang reaksi-reaksi seksuil, sebaiknya dihindari sejauh mungkin.

Pergaulan yang terlalu bebas antara pria dan wanita, sehingga membangkitkan rangsangan-rangsangan erotis terus-menerus, yang lalu diperkuat oleh film-film, sandiwara dan roman picisan, berkemungkinan besar menyebabkan ribuan orang jadi ‘korban’ dan sedikit agak neurotis. Andaikata mereka ini bisa berada sendirian sambil menyibuki diri dengan pekerjaan-pekerjaan tangan yang berat-berat, maka besar kemungkinan mereka akan kembali normal. Tapi kendatipun begitu, perbedaan-perbedaan individuil jelas tak dapat dielakkan, sebab tak ada manusia yang benar-benar sama di dunia ini.

Kini persoalannya balik lagi pada diri kita sendiri. Maukah kita menjadi ‘raja’ atas diri kita sendiri, ataukah kita rela ‘diperbudak’ oleh kemauan ‘membabi buta’ alat-alat tubuh kita? Jawaban pertanyaan itu tentu ada pada masing-masing diri…!***

*** Penulis: Nilna Iqbal

1 thought on “Mengendalikan Surplus Ledakan Energi Seksual”

  1. Hawa nafsu manusia adalah kelengkapan untuk hidup dan mempertahankan jenis manusia di bumi. Allah memberikan hawa nafsu kepada manusia dan tuntunan bagaimana menyalurkannya.
    Menyalurkan hawa nafsu tidak dilarang tetapi harus sesuai dengan tuntunan supaya manusia bermartabat tidak layaknya binatang. Pada dasarnya manusia yang layak disebut manusia adalah yang bisa mengendalikan hawa nafsu dan menyalurkan pada tempat dan sesuai tuntunan.
    Penjaga Sanggar Mewah
    http://elfarid.multiply.com
    ————————-
    Terima kasih sudah berbagi. Salam kenal 🙂

Leave a Comment