Itulah ibu yang amat kucintai

Sahabats … izinkan saya bercerita sedikit tentang mama saya, seseorang yang selama hidup saya paling saya hormati, yang apapun permintaannya selalu berusaha saya penuhi.

Saya tulis ulang kembali kisah ini untuk mengobati kerinduan saya pada mama yang kini berada jauh di kampung kami. Semoga mama senantiasa dalam kebahagiaan …. menemani suaminya (papa) di rumah kami di pinggir pantai yang indah, Tapaktuan, Aceh Selatan.

Bagi saya kejadian ini sangat membekas sekali. Kisahnya sudah cukup lama, di bulan Juli 2008 yang lalu. Waktu itu papa saya kembali harus menginap di rumah sakit di Jakarta, menjalani operasi yg ke 5x. Keluhan sakitnya masih sama: ginjal dan prostat. Sungguh luar biasa. Dalam usianya yang waktu itu sudah 70 tahunan, papa tetap tabah menghadapi ujian Ilahi berkali-kali.

Dalam usia yang hampir sebaya pula, istrinya (mama saya tentu saja) dengan sabar mengurus semua keperluan suaminya. Padahal tubuhnya pun tak lagi kuat berjalan. Saya perhatikan mama tak ubahnya bagai mengasuh bayi yang lagi sakit: memandikannya, mengganti pakaiannya, menyuapi makannya, mengusap keningnya … saya melihat sebuah keindahan dibalik semua pemandangan itu. Mama tak pernah mengeluh. Saya beruntung memiliki mama yang luar biasa itu. Ya Allah, hiasilah hidupnya dengan kasih sayangmu.

Saat-saat menunggui papa, saya berusaha menggantikan semua tugas mama. Baru saya sadari saat itu, betapa beratnya tugas merawat papa yang lagi sakit tak berdaya. Memandikan dan membersihkan bekas-bekas kotoran papa, menyuapinya, memapahnya … Saya tak bisa bayangkan bagaimana mama bisa melakukannya?

Saat-saat seperti ini saya berusaha selalu berada di dekat mama. Biasanya beliau akan banyak memberi tausiah-tausiah berharga buat saya. Maklumlah, sejak kecil saya sudah merantau, jauh dari mama. Sampai sekarang pun kami tinggal berjauhan. Jadi hari-hari ketika kami bersama-sama adalah hari-hari yang istimewa. Saya selalu bahagia berada di dekatnya.

Nasehat mama yang paling banyak beliau ulang-ulang selalu adalah, “Al (ini adalah panggilan kesayangan mama pada saya), shalatlah selalu di awal waktu! Jangan pernah berhenti berdo’a…”

Secara keilmuan, mama saya hanya lulusan SMU, nggak pernah masuk pesantren atau madrasah, tapi saya melihat pertumbuhan ruhaninya luar biasa.

Dulu mama jarang sekali membaca buku. Namun sejak 3 tahun terakhir ini, khususnya sepulang dari ka’bah, ditangannya selalu terlihat buku atau alqur’an. Buku-buku populer keislaman khususnya kajian ibadah dan tasawuf, sangat ia gemari.

Yang jelas, yang paling ia gemari ya .. al qur’an itu sendiri. Malahan pernah saking pengen tahu secara dalam isi al-qur’an, beliau menuliskan terjemahan al-qur’an itu dengan pulpen dan buku tulis isi 40 hal.

Katanya, “…kalau ditulis, lebih mudah ingat”. “Sudah berapa buku?” saya pengen tahu. “Wah udah hampir 20 buku.” katanya. Saya makin kagum padanya. Benar-benar nggak nyangka.

Ya Allah, sempurnakanlah ujung kehidupannya dalam rahmatMu ya Allah.

Berkahilah seluruh hidupnya
Kumpulkan kami semua ya Allah
bersama rombongan kafilah
Rasulullah saw wal anbiya wal mursalin
dan kaum shalihin lainnya
Amin …

Leave a Comment