Refleksi akhir tahun 2008: Lakukan dengan cara yang berbeda

“Untuk mendapatkan hasil yang jauh berbeda,
jangan lakukan dengan cara yang sama ….”

Setahun lalu, saya membuat beberapa keputusan besar yang harus saya lakukan pada tahun 2008. Pertama, saya ingin bebas dari pekerjaan “kantor” dan ingin lebih freedom mengelola usaha sendiri. Maka Januari 2008 lalu, walau harus kehilangan gaji yang cukup lumayan sebagai direksi sebuah perseroan, saya beranikan diri untuk mundur. Satu dua bulan memang langsung terasa dampaknya, saya jadi kesulitan likuiditas. Namun alhamdulillah, nggak terlalu lama, usaha saya berjalan lancar dan saya benar-benar bisa freedom.

Kedua, saya ingin lebih banyak membantu keluarga dekat saya yang hidupnya kurang beruntung. Yang saya pahami dari beberapa pesan Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah saw adalah “dahulukan keluarga terdekat“.

Rasulullah saw bersabda, ‘Jika seseorang mempunyai beberapa biji kurma, atau beberapa kerat roti, atau beberapa keping dinar, dan berniat menginfaqkan, pertama-tama dia harus infaqkan kepada ayah dan ibunya, lalu dirinya, istri dan anak-anaknya kemudian keluarganya dan saudara-saudaranya yang mukmin, dan terakhir barulah amal-amal kebaikan dan amal-amal jariyah.’ Yang terakhir boleh dilakukan setelah memenuhi tiga yang pertama.

Ketika Nabi mendengar seorang Anshar wafat, meninggalkan anak-anak yang masih kecil, sedangkan hartanya yang tidak seberapa itu dia infaqkan di jalan Allah, beliau bersabda, ‘Kalau sebelum ini kalian beritahu aku, maka aku tidak akan memperkenankan dia dikebumikan di pekuburan orang-orang Muslim. Dia meninggalkan anak-anaknya yang masih kecil-kecil, lalu ia buka tangannya untuk orang lain!!’

Nabi saw juga bersabda, ‘Utamakanlah infaq-infaq kalian mulai dari keluarga kalian menurut susunan yang terdekat. Mereka yang terdekat denganmu adalah mereka yang lebih berhak.’

Selama ini saya lebih banyak membantu orang jauh, sementara yang terdekat sama sekali terabaikan. Karena itu saya putuskan untuk fokus membantu mereka. Tahun ini saya fokus pada adik saya yang hidupnya sangat “merana”, tak tahu apa yang akan dikerjakan ketika ia memutuskan pulang kampung ke Padang. Padahal sebelumnya usaha dia di Bandung sudah lumayan. Namun keputusannya mencoba buka bisnis di kampung ternyata gagal. Sudah 2 tahun hidupnya tambah menyedihkan. Kepercayaan dirinya turun drastis, kreativitasnya hilang, semangatnya mati. Istri saya yang kemudian mengingatkan saya untuk segera turun tangan.

Awal Januari 2008 lalu, saya dirikan satu perusahaan baru khusus untuk dia. Sekitar 2 bulan saya terus membinanya, mengembalikan kepercayaan dirinya dan membangkitkan kembali semangat juangnya. Alhamdulillah, sepanjang tahun 2008 lalu, saya perhatikan perubahan drastis terjadi dalam hidupnya. Semangatnya luar biasa, pencapaian prestasinya pun sangat membanggakan saya.

Yang ketiga, saya ingin mewujudkan impian istri saya. Dia sangat ingin tinggal di kawasan yang jauh dari hiruk pikuk kota. Dia ingin punya rumah dengan view yang indah. Sejak lama ia bercita-cita memiliki kebun tanaman obat di samping rumah, yang sekaligus jadi laboratorium belajar bagi anak-anak kami.

Awal tahun 2008, saya menuliskan target ini harus tercapai sebelum pergantian tahun. Bahkan saya juga berani menuliskan dalam daftar goal saya, rumah impian istri saya ini saya beli cash, tidak ngutang. Saat menuliskan goal ini saya sendiri tidak tahu apakah akan bisa tercapai atau tidak, sumbernya dari mana, dsb. Namun saya termasuk orang yang sangat percaya dengan kekuatan “tuliskan goal anda”. Ya, saya tulis saja. Lalu saya membaca cukup sering. Sehingga saya selalu ingat goal ini. Media yang paling sering saya gunakan adalah welcome message handphone saya.

Apa yang terjadi? Alhamdulillah, sejak 20 Desember lalu, kami sudah pindah ke rumah impian itu. Letaknya memang jauh dari kota Bandung. View nya indah sekali, ada sebidang tanah cukup untuk kebun, dan ruang eksplorasi anak-anak saya semakin luas.

Namun sayangnya ada 4 goal di tahun 2008 ini ternyata tidak berhasil saya wujudkan. Saya coba mengevaluasinya secara jernih. Kesimpulan saya, bukan goal nya yang salah. Bukan goal nya yang ketinggian. Bukan goal nya yang tidak masuk akal. Saya nggak usah sebutkan lah ya, apa saja goal-goal tsb.

Yang menarik, saya telah menemukan penyebab mengapa ke 4 goal tsb tidak berhasil saya capai. Saya harus akui, memang pantas, gagal.

Apakah itu?

Kebiasaan saya tidak berubah! Ya, itulah penyebabnya.

Untuk 3 goal pertama, karena begitu penting bagi saya, maka saya betul-betul berusaha keras untuk mewujudkannya.

Alhasil, perilaku saya berubah. Perilaku itu semakin sering saya lakukan. Akibatnya kebiasaan saya berubah. Cara saya mewujudkannya berubah. Metoda saya berubah. Kreativitas saya bangkit, dan langkah-langkah ooperasional saya pun berubah.

Sedangkan 4 goal yang gagal itu, memang agak berkurang passion saya setelah berjalan beberapa bulan. Keinginan saya untuk menggapainya melemah. Akibatnya perilaku saya tetap. Apa yang seharusnya saya lakukan, tidak saya kerjakan. Apa yang sepatutnya saya hindari, kurang saya pedulikan. Rutinitas saya tetap. Kebiasaan saya terhadap 4 goal itu tetap. Jadinya ya, hasilnya juga tetap. Yaitu sama persis dengan sebelumnya. Tak ada perubahan. Dengan istilah lain, tak ada hasil!

Pelajaran penting yang saya rekam:
1. selalulah “beri makan” impian-impian kita, sehingga tampak semakin penting bagi kita.
2. lakukan dengan cara yang berbeda, perilaku yang beda, sehingga menghasilkan kebiasaan baru yang berbeda.

Modal ini akan saya coba praktekkan lagi di tahun 2009. Kini saya sudah tuliskan impian dan goal-goal saya untuk tahun 2009 ini. Termasuk hal-hal beda yang harus saya lakukan!

Apakah anda sudah?

3 thoughts on “Refleksi akhir tahun 2008: Lakukan dengan cara yang berbeda”

  1. salam kenal..

    inti permasalahan sebenarnya adalah ” Nasib tergantung dengan apa yang kita lakukan “.
    mohon info bro…
    boleh nggak artikel nya disadur untuk blog saya ..untuk halaman pribadi…
    trus tamplate begini, banyak dapat dimana? mohon di share yah

    thanks

    Reply

Leave a Comment