Dalam Kitab Minhaj Al-Balaghah, diriwayatkan oleh Ibnu Huzaimah, Rasulullah SAW berkhutbah, “Wahai Manusia! Bergembiralah, berbahagialah, karena bulan Allah telah datang. Dia datang dengan kasih sayang, dengan pengampunan dan berbagai karunia.”
Karunia artinya keberlimpahan, mendapatkan banyak keuntungan. Keberlimpahan seperti apa? Bayangkan! Setiap tarikan napas kita, memiliki pahala tasbih, pahala membaca Subhanallah (Maha Suci Allah). Tarikan napas kita di bulan ini adalah ibadah.
“Di bulan ini nafas-nafasmu menjadi tasbih, amal-amalmu diterima dan doa-doamu dikabulkan.” (HR. Ibnu Huzaimah).
Lalu, karunia lainnya, membaca satu ayat al-Qur’an di bulan ramadhan ini adalah seperti membaca seluruh isi al-Qur’an di bulan lain yang manapun. Melakukan shalat wajib pada bulan ini adalah sama dengan melaksanakan tujuh puluh shalat fardhu pada bulan yang lain. Dan barangsiapa yang melakukan shalat sunat di bulan ini, Allah akan menuliskan baginya kebebasan dari api neraka.
Subhanallah! Salam atasmu, wahai bulan Ramadhan! Sungguh inilah bulan yang penuh harapan. Inilah hari-hari yang sangat mulia, hari-hari penuh kebahagiaan!
Pada Bulan Ramadhan, Pintu-Pintu Neraka Tertutup
“… pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup dan para setan diikat ….” (HR. Bukhari no.3277, Muslim no. 1079, Ahmad dan An-Nasa’i)
Bagaimana ini bisa terjadi?
Semua orang yang benar-benar berpuasa, akan meletakkan lidahnya di bawah pengawasan ketat. Semenjak malam pertama bulan Ramadhan, seorang mukmin tidak akan mengatakan kata-kata buruk kepada mukmin lain. Dengan cara ini, berarti dia telah menutup pintu neraka.
Lidah yang adalah juga bisa menjadi pintu neraka, kini terkunci. Orang-orang tak lagi menggunjing yang lain. Orang-orang tak lagi mengumpat orang lain. Mereka tak lagi menyebarkan desas-desus. Mereka tak lagi berbohong.
Begitu juga dengan pintu lainnya, kedua mata, yang juga bisa menjadi gerbang neraka, tertutup semenjak awal ramadhan. Orang yang berpuasa, tercegah dari berbagai dosa. Dia tidak terjerumus dalam kemaksiatan melalui kedua matanya. Dia tidak melihat kepada obyek-obyek pandangan haram.
Lalu pintu setan berikutnya kedua telinga, juga akan terkunci. Kedua telinga ini yang juga bisa mengantarkan manusia ke neraka, sekarang telah disegel. Maka gerbang neraka pun telah tertutup.
Kedua kaki, na’uzubillah, yang digunakan menuju tempat-tempat maksiat telah dihentikan. Begitu juga kedua tangan, kini berada dalam pengawasan ketat mereka-mereka yang berpuasa.
Dalam lanjutan khutbahnya, Rasulullah saw bersabda, “Setan-setan terbelenggu, maka memohonlah kepada Allah agar ia tak lagi pernah menguasaimu. ”
Imam Ali bin Abi Thalib ra berdiri dan bertanya: “Ya Rasulullah! Apa amal yang paling utama di bulan ini?”
Nabi saw menjawab: “Ya Abal Hasan! Amal yang paling utama di bulan ini adalah menjaga diri dari apa yang diharamkan Allah”.
Inilah hakikat puasa. Kata puasa dalam bahasa Arab adalah “shaum” atau “Shiyam” yang artinya adalah menjauhkan diri dari sesuatu, menahan diri, mencegah diri.
Di bulan Ramadhan inilah kita mendapatkan kembali diri sejati kita, jiwa dan ruhani kita. Selama bulan suci ini kita menahan diri, menjaga diri, mengawasi diri, mengontrol diri … menutup semua jalan yang menuju ke arah kebinatangan.
Kita lemahkan kecenderungan kita ke arah makanan berlebih dan tidur berlebih, pembicaraan yang berlebihan dan hal-hal yang membarakan syahwat.
Selama Ramadhan, kita menjaga diri kita, menjaga perbuatan kita, menahan diri kita atas hal-hal yang diharamkan. Dengan demikian berarti kita memperkuat jiwa kita, membinarkan cahaya ruhani jiwa kita hingga dengan penuh kesadaran dan pengetahuan, kita akan merealisasikan, “Aku bersaksi, tiada Tuhan selain Allah”.
Ketika spiritualisme kita meningkat kuat, maka kecenderungan ke arah kebinatangan pun akan melemah. InsyaAllah.
Silaturahim dan Rahmat Allah
Amal-amal baik lain yang juga perlu lebih kita perhatikan selama Ramadhan ini disebutkan juga dalam khutbah Nabi, “Apakah kalian ingin menarik kasih sayang Allah? Jika ingin, maka berusahalah sebaik mungkin untuk berlaku baik dan menyenangkan kerabat Anda. Bergabunglah dengan mereka.”
Amal baik ini bisa dilakukan dengan berbagai cara. Jika kerabat kita miskin, maka penuhilah kebutuhan-kebutuhan mereka, berikan dia uang. Angkat mereka sebagai tamu (jamulah mereka).
Siapa kerabat-kerabat itu? Ayah dan ibu, yang melalui keduanya kita terlahir ke dunia ini, kemudian kerabat-kerabat lainnya dari jalur ayah dan juga dari jalur ibu, saudara laki-laki, saudara perempuan, sepupu, bibi, dan anak-anak bibi.
Rawatlah mereka terutama di bulan suci ini sehingga Allah juga akan mengikatkan kasih sayang-Nya dengan kita. Nabi saw bersabda, “Muliakanlah orang tuamu, sayangilah yang muda, sambungkanlah tali persaudaraanmu …”
Tujuan kita pada bulan Ramadhan ini seharusnya menjaga kelanggengan hubungan kita dengan kerabat kita. Hubungan dekat kita dengan orang tua harus berada dalam tingkatan pertama.
Setelah itu, dekatlah dengan yang lain yang telah menjadi kerabat kita dari garis ayah dan ibu. Kemudian kerabat keluarga lain juga kita pelihara dan kita jaga.
Nabi saw bersabda, “Barang siapa menyambungkan tali persaudaraan (silaturahmi) di bulan ini, Allah akan menghubungkan dia dengan rahmat-Nya pada hari ia berjumpa dengan-Nya. Barang siapa memutuskan kekeluargaan di bulan ini, Allah akan memutuskan rahmat-Nya pada hari ia berjumpa dengan-Nya.”
Memberi Sebanyak Mungkin
Belanjalah untuk kerabat-kerabat kita terutama selama bulan suci Ramadhan ini. Bahkan pada bulan mulia ini, orang yang bisa menyediakan buka puasa bagi seorang mukmin yang sedang berpuasa maka dosanya akan diampuni. Dia mendapatkan pahala membebaskan seorang budak.
Sabda Nabi saw, “Wahai manusia! Barang siapa di antaramu memberi buka kepada orang-orang mukmin yang berpuasa di bulan ini, maka di sisi Allah nilainya sama dengan membebaskan seorang budak dan dia diberi ampunan atas dosa-dosa yang lalu.”
Salah seorang sahabat bertanya dari bawah mimbar, “Ya Rasulullah! Kami tidak memiliki makanan yang cukup untuk diberikan bagi berbuka puasa.”
Atas pertanyaan itu Nabi saw menjawab, “Wahai kaum Mukmin! Berikanlah ifthar. Sekalipun engkau hanya memiliki dua butir kurma, berikan satu butir kepada orang lain dan batalkan puasamu dengan yang satunya lagi.”
Yang ini untuk orang-orang yang tidak memiliki harta berlebih. Tidak demikian halnya dengan orang yang memiliki cukup banyak harta. Dia jangan berpikir untuk memberikan hanya satu butir kurma untuk sedekah. Ini salah. Gantilah sebutir kurma dengan sekerat daging segar.
Memberi makan yang lapar, memberi pakaian yang telanjang dan membayarkan utang mereka yang berhutang merupakan amal-amal baik yang bisa dilakukan. Bahkan amal-amal itu pun bisa kemudian kita hadiahkan (pahalanya) untuk kerabat-kerabat kita yang sudah wafat (atas nama mereka).
Sedekah memiliki sudut yang sangat luas. Setiap amal baik adalah sedekah. Katakanlah misalnya Anda pernah memberi pinjaman sepuluh juta kepada seseorang. Anda tahu bahwa dia tidak memiliki uang pengembalian sejumlah itu.
Dalam hal ini, Al-Quran mengatakan, pertama berikan dia kesempatan. Jangan mengajukan keluhan, karena Anda telah mengetahui bahwa dia tidak memiliki uang sejumlah itu. Kita dilarang memaksa dia mengembalikannya. Bayangkan, apa yang akan terjadi bila Anda menyedekahkannya untuk kebaikan almarhum ayah Anda? Pada hakikatnya, Anda pun sekaligus telah bersedekah untuk keuntungan Anda di akhirat.
Manfaat setiap amal kita, akan kembali kepada diri kita. Itu semua untuk kita meskipun atas nama (atau karena sebab) mesjid, madrasah, orang miskin, untuk berbuka puasa bagi karib kerabat, dan lain sebagainya. Dalam semua jalan kebaikan ini, berarti pada prinsipnya kita telah membantu diri kita sendiri. KIta lah yang mendapat keuntungan nyata. Kita telah membuka jalan ke surga, untuk diri kita sendiri.
Orang yang gemar bersedekah akan mendapatkan naungan di hari akhir dan dapat menghapuskan dosa. Rasulullah saw menceritakan tentang tujuh jenis manusia yang mendapat naungan pada hari akhir. Salah satu yang mendapatkannya adalah, “… Seorang yang bersedekah dengan tangan kanannya, ia menyembunyikan amalnya itu sampai-sampai tangan kirinya tidak mengetahui apa yang disedekahkan oleh tangan kanannya.” (HR. Bukhari no. 1421)
Rasulullah saw juga bersabda, “Sedekah dapat menghapus dosa sebagaimana air memadamkan api.” (HR. Tirmidzi dalam Shahih At Tirmidzi, 614)
Orang yang bersedekah merasakan dada yang lapang dan hati yang bahagia. Rasulullah saw memberikan permisalan yang bagus tentang perbedaan orang yang dermawan dengan orang yang pelit.
“Perumpamaan orang yang pelit dengan orang yang bersedekah seperti dua orang yang memiliki baju besi, yang bila dipakai menutupi dada hingga selangkangannya. Orang yang bersedekah, dikarenakan sedekahnya ia merasa bajunya lapang dan longgar di kulitnya. Sampai-sampai ujung jarinya tidak terlihat dan baju besinya tidak meninggalkan bekas pada kulitnya. Sedangkan orang yang pelit, dikarenakan pelitnya ia merasakan setiap lingkar baju besinya merekat erat di kulitnya. Ia berusaha melonggarkannya namun tidak bisa.” (HR. Bukhari no. 1443)
Demi Allah, orang yang kikir adalah mereka yang pelit kepada diri mereka sendiri. Orang yang menjaga harta bendanya dengan kuat di dunia ini telah menutup pintu surga untuk dirinya sendiri. Dia sedang mempersiapkan bara api untuk dirinya sendiri.
Mengangkat Tangan Untuk Berdo’a
Hendaklah kaum mukminin menyadari akan pentingnya berdoa dengan kedua tangan mereka yang terangkat di bulan Ramadhan terbaik ini dan pada jam-jam terbaik ini. Angkatlah tangan kita di hadapan Allah dan memohonlah kepada-Nya.
Dia swt telah berjanji atas nama iradah dan kehormatan-Nya bahwa Dia swt tidak akan menghukum orang-orang yang berdoa dan bersujud. “Bertaubatlah kepada Allah dari dosa-dosamu. Angkatlah tangan-tanganmu untuk berdoa pada waktu shalatmu karena itulah saat-saat yang paling utama ketika Allah Azza wa Jalla memandang hamba-hamba-Nya dengan penuh kasih; Dia menjawab mereka ketika mereka menyeru-Nya, menyambut mereka ketika mereka memanggil-Nya dan mengabulkan doa mereka ketika mereka berdoa kepada-Nya.”
Marilah di bulan suci ini, kita terus-menerus berdo’a, “Ya Allah, aku disini. Wahai Tuhanku! Kapanpun Kau panggil aku, aku siap untuk menjawab seruan-Mu.
Ya Allah! Permohonan kami adalah pengampunan dari segala dosa-dosa kami, yang akan membuat kami meninggalkan dunia ini dalam keadaan lapar dan mengumpulkan kami dalam keadaan haus dan lapar di Hari Perkumpulan pada hari kiamat.
Ya Allah! Karena berkah bulan Ramadhan ini, jadikanlah hati kami sejuk dengan air manis dan dingin dari telaga Kautsar. Hapuskanlah semua dosa kami. Ya Allah, bersihkanlah kami dan sucikan kami.
InsyaAllah, “Dia swt menjawab mereka ketika mereka menyeru-Nya, menyambut mereka ketika mereka memanggil-Nya dan mengabulkan doa mereka ketika mereka berdoa kepada-Nya. Wahai manusia! Sesungguhnya diri-dirimu tergadai karena amal-amalmu, maka bebaskanlah dengan istighfar. Punggung-punggungmu berat karena beban (dosa) mu, maka ringankanlah dengan memperpanjang sujudmu. Ketahuilah! Allah ta’ala bersumpah dengan segala kebesaran-Nya bahwa Dia tidak akan mengazab orang-orang yang shalat dan sujud, dan tidak akan mengancam mereka dengan neraka pada hari manusia berdiri di hadapan Rabb al-alamin.” (HR. Ibnu Huzaimah, dalam Kitab Minhaj Al-Balaghah) @@.
________________
(*diadaptasi dari buku Bermasyarakat Menurut Al-Quran, karya Dastghaib Shirazi)