Sosialisasi juga ternyata berdampak pada perkembangan anak-anak

Salah satu masalah yang paling banyak dikhawatirkan orang tua kalau anaknya homeschooling adalah persoalan sosialisasi. Kesannya, anak-anak homeschooling itu nggak gaul, nggak punya teman, terpenjara di rumah dan tak mampu berorganisasi, setelah mereka besar nanti.Terus terang, masalah ini memang sudah lama jadi perhatian saya dan istri saya. Kami memang berniat dua anak kami, Azkia (6 th) dan Luqman (4 th), nantinya akan menempuh jalur homeschooling. Kami “memilih” (secara sengaja dan sadar) mereka berdua, insyaAllah, nggak akan sekolah seperti biasa di sekolah formal. Paling tidak, sampai tingkat SMU.

Apakah pilihan ini tidak beresiko bagi kedua anak kami? Saya dan istri sering mendiskusikan berbagai resiko paling jelek yang akan mereka hadapi. Ya, soal profesi dan masa depan mereka nanti. Soal legalitas dan ijazah. Soal nasib mereka kalau ternyata kami nggak berhasil, dlsb. Termasuk juga tentu saja soal sosialisasi dan dampak pergaulan mereka diantara teman-temannya. Bisa jadi ‘kan mereka dipandang “rendah” karena kesannya “mereka nggak sekolah”.

Tapi, ini jangan diartikan bahwa kami anti-sekolah. Kami sadar betul sekolah sangat penting.  Namun kami juga sadar bahwa sekolah bukanlah satu-satunya jalan terbaik yang harus mereka tempuh. Diantara 4 orang anak saya, 2 diantaranya sekolah kok, yang satu (Nadya) sekarang kelas 2 SMP dan adiknya (Citra) kelas 5 SD. Keduanya bahkan termasuk unggul (10 besar) di kelas mereka. Citra selalu juara pertama sejak kelas 1 sampai sekarang, bahkan ia juga juara untuk berbagai perlombaan non-akademis (seni, olahraga, dan ketrampilan lainnya). Saya pribadi bercita-cita mereka sekolah sampai S3.

Lalu mengapa kami memilih homeschooling? Untuk Azkia (6 th), kami merasa ia lebih nyaman sekolah dengan cara homeschooling. Mungkin karena ia terbentuk sejak kecil sudah terbiasa belajar di rumah. Sejak usia 3 th, ia sudah senang belajar. Kesukaannya pada belajar membuat kami khawatir, ia tak akan “terlayani” oleh sistem sekolah.

Pengetahuannya tentang alam, matematika, bahasa, dan kemampuan logika nya berkembang “terlalu cepat” menurut saya. Bahkan “mengalahkan” kakak-kakaknya yang SD atau mungkin yang SMP. Ia melahap buku-buku berbahasa asing hampir setiap hari, belum lagi buku-buku ensiklopedia dan matematika sekolah. Ia belajar sendiri. Bahkan kami tak pernah menyuruh atau mendampinginya lagi. Ia telah jadi “mesin belajar” yang betul-betul mandiri.

Untuk Azkia, dengan keadaaanya begitu, bagaimana kami harus menyekolahkannya? Ketika kami tanya, apakah ia mau sekolah, dengan mantap dan yakin, ia menjawab “Tidak!” Apakah kami harus memaksanya? Apakah pilihannya itu salah?

Menurut kami, kecintaannya pada ilmu dan kesukaannya untuk belajar, merupakan harta yang paling berharga. Kami harus bisa menjaganya. Yang jadi masalah bagi kami hanyalah bagaimana agar kelak di kemudian hari, jika ia berminat untuk jadi ilmuwan misalnya, dan harus sekolah ke perguruan tinggi, ia bisa diterima. Setelah kami pelajari secara mendalam, tampaknya masalah ini sudah bisa kami atasi.

Masalah Sosialiasi

Dalam pandangan saya, kalau orang tua takut memilih homeschooling bagi anak-anaknya, hanya karena alasan sosialisasi itu terlalu berlebihan. Kemampuan ini selalu bisa dibangun dan dikembangkan bahkan by desain. Kecerdasan interpersonal anak memang harus selalu kita kembangkan. Akan tetapi bukan asal-asalan, atau membiarkannya begitu saja dengan asumsi “mereka bisa dan berkembang dengan sendirinya”. Tidak!

Anak-anak homeschooling biasanya juga punya komunitas terbatas. Setiap minggu atau setiap bulan mereka ngumpul “belajar bersama”. Dalam acara itu mereka bisa “belajar” secara khusus bagaimana bekerjasama, memimpin, berkomunikasi, bersikap sopan, santun dalam berbahasa, dlsb. By desain. Dan dengan sengaja.

Selain itu anak-anak juga bisa les atau ikut kursus-kursus keterampilan sesuai minat dan bakat mereka. Les musik misalnya, atau les belajar membaca atau les bahasa Inggris misalnya. Disana mereka juga akan melihat berbagai karakter orang lain dan jangan lupa ajarkan mereka bagaimana menghadapinya.

Sosialisasi sangat berdampak pada perkembangan anak-anak kita. Pengaruh yang paling terlihat adalah bahasa dan sikap. Saat anak-anak bergaul dengan teman-teman yang biasa berkata baik, bahasa mereka biasanya terbentuk menjadi baik. Namun bersiaplah saat anak-anak bergaul dengan teman yang biasa berkata kotor dan kasar, mereka pun berpotensi untuk terbiasa berkata-kata yang sama.

Karena itu, memilihkan lingkungan sosial yang sehat adalah tugas berat bagi orang tua masa kini. Karakter dan bahasa negatif tersebar terlalu merata. Televisi, keluarga besar, tetangga, kampung, dan bahkan sekolah pun tak dijamin bebas dari bahasa-bahasa negatif.

Saya kira, pendidikan interpersonal dan pengembangan sikap/attitude ini merupakan kewajiban utama orang tua. Yang penting, kita perlu terus mengetahui apa yang terjadi dan terus mendampingi anak-anak selama masa belajar mereka sampai usia baligh. Tidak hanya berlaku untuk anak-anak yang homeschooling. Bahkan juga anak-anak kita yang sekolah formal. Jangan percayakan soal ini 100% kepada sekolah. Ini tugas kita, orang tua!

1 thought on “Sosialisasi juga ternyata berdampak pada perkembangan anak-anak”

  1. Sekedar informasi untuk para orang tua home schooler dan rekan-rekan lainnya, kami memiliki produk CD interaktif (e-learning) untuk membantu siswa SMP dan SMA dalam mempelajari Biologi, khususnya tentang Sistem Tubuh Manusia dan Keanekaragaman Hayati. CD ini sudah bilingual (bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris), sangat kaya akan fitur animasi, ilustrasi, latihan, dan games-games yang dapat meningkatkan kualitas belajar anak secara mandiri. Jika putra-putri Anda masih duduk di Bangku SD, maka CD ini dapat juga Anda pergunakan sebagai alat bantu dalam mendampingi anak-anak belajar di rumah. Info lebih lanjut, kunjungi website kami: http://www.centrinova.com. Untuk CD pembelajaran human Body Systems, terdiri dari 3 disk, harga Rp. 140.000,-, dapat dibeli di toko-toko Gramedia terdekat di kota Anda (cari di bagian CD ROM komputer). CD juga dapat dipesan melalui 021-53150501

Leave a Comment