Mengelola Minat Anak

oleh  Maya A. Pujiati Setelah mengamati ketertarikan kedua anak saya dalam belajar, saya melihat bahwa Azkia (5 tahun 9 bulan) dan Luqman (4 tahun) memiliki arah minat yang khas. Azkia suka dengan teks, gambar, belajar bahasa asing, menghafal kata-kata, mengerjakan worksheet, dan ‘ngoprek’ program komputer. Keberaniannya untuk mencoba-coba tools pada program MS. Word, Power Point, dan … Read more

Agar Anak Kreatif, Butuh Pengorbanan Orang Tua

oleh : Maya A Pujiati Banyak orang mengira, jiwa kreatif itu terlahir dari alam. Artinya, seseorang itu menjadi kreatif atau tidak sudah ditetapkan sejak dalam kandungan. pay someone to write my paper Benarkah begitu? Sebagaimana orang punya bakat menyanyi lalu jadi penyanyi atau orang yang sudah berbakat melukis lalu ia jadi pelukis? Kenyataannya, kreativitas, profesi, … Read more

Pekerjaan di rumah itu tak mengenal gender

Alhamdulillah, hari ini sedang berjalan pelatihan terbaru yang saya kelola, yaitu Pelatihan Dokumentasi dan Presentasi Citra Audio Visual yang di organize oleh Keynote Speaker Indonesia, di Hotel Grand Preanger, Bandung selama 3 hari, sampai besok. Sebenarnya bidang ini tidak saya kuasai. Untuk membuat konsep bisnisnya saya harus belajar cukup banyak mempelajari potensi pasar, pesaing dan … Read more

Einstein Never Used Flash Cards

oleh Maya A. Pujiati – Testimoni Buku

Tren untuk menciptakan anak-anak yang lebih pintar pada usia dini memang seringkali salah kaprah, berlebihan, dan terkadang ‘menyiksa’ anak-anak. Hal itu terjadi ketika orang tua tidak memahami benar esensi pendidikan dan menjadi kabur dalam memandang tujuan pembelajaran.

Beberapa fakta menunjukkan bahwa anak-anak memang memiliki kecerdasan yang luar biasa, meski tanpa stimulus dari orang tuanya. Berdasarkan fakta itu, sesungguhnya tugas orang tua adalah memberi ruang pada mereka untuk berkembang sesuai kemampuannya dan tidak membatasi mereka untuk mengeksplorasi lingkungan. Tentu saja hal ini tidak berarti bahwa anak-anak harus dibiarkan sendiri menemukan aneka pelajaran, tanpa peran orang tuanya. Persoalannya hanyalah, bagaimana membuat proses pengasuhan tetap seimbang.

Bermain, sebagai sebuah kegiatan alami anak-anak telah menjadi barang mahal. Pada tahun 1981 seorang anak sekolah masih bisa menghabiskan 40 persen waktunya untuk bermain. Tetapi tahun 1997 waktu bermain telah menyusut menjadi 25 persen. Konon setelah itu, 40 persen sekolah di Amerika Serikat telah menghapus jam istirahat.

Bagaimana dengan sekarang?

Read more

Bagaimana Gaya Belajar Anak Anda?

Albert Einstein kecil suka melamun. Guru-gurunya di Jerman mengatakan, dia tidak akan pernah berhasil di bidang apapun.

Winston Churchill sangat lemah dalam pekerjaan sekolah. Dalam berbicara dia agak  gagap dan cadel. Tapi akhirnya saat dewasa ia jadi pemimpin besar dan orator ulung.

Thomas Alva Edison pernah dipukul di sekolah dengan sebuah ikat pinggang kulit karena gurunya menganggap dia “mempermainkan” karena mengajukan begitu banyak pertanyaan. Dia sering sekali dihukum sehingga akhirnya ia dikeluarkan dari sekolah.

Untunglah ibu Edison adalah seorang perintis proses belajar yang sejati. The World Book Encyclopedia menulis, “Dia memiliki pengertian yang tidak lazim pada waktu itu bahwa belajar dapat menjadi kegiatan yang mengasyikkan. Dia membuat permainan untuk mengajarinya – dia menyebutnya eksplorasi- dunia pengetahuan yang mengasyikkan…”.

Begitulah. Einstein, Churchill, dan Edison ternyata memiliki gaya belajar khas yang berbeda dan tidak sesuai dengan gaya belajar yang diterapkan di sekolah-sekolah mereka. Akibatnya sistem sekolah pun cenderung “menolak” mereka.

Lihat pula anak-anak “nakal” di kelas-kelas kita dahulu. Mereka selalu membuat gaduh, mengganggu teman-teman lain, atau membuat berbagai keonaran. Nilai mereka memang rata-rata di bawah standar. Persoalannya, mengapa mereka gagal?

Amati juga anak-anak kita. Ketika disuruh belajar, dia nggak mau diam. Baru saja duduk, udah melirik ke kiri kanan, lalu loncat dan berlari-lari lagi. Banyak orang tua jadi frustasi dan merasa gagal. Persepsinya, anak-anak ini nggak mau belajar membaca. Susah diatur.

Lain lagi istri saya. Kalau saya mau menjelaskan sesuatu kepadanya, hanya dengan lisan saja, dia langsung protes. “Nggak nangkap” katanya. Baru setelah saya ambil kertas, mencoret-coret maksud saya di kertas dan dia melihatnya, dengan mudah sekali ia memahami maksud saya.

Read more

Memilih Mainan Anak

Anak balita tanpa mainan? Hal itu jelas mustahil. Anak hidup dengan bermain dan belajar juga lewat bermain. Membiarkan tangan anak kosong tanpa satu pun benda dipegangnya untuk dimainkan hanya akan menjadi bumerang bagi orang tua. Rewel dan uring-uringan sangat mungkin terjadi. Lebih parah lagi jika kemudian mereka beralih menjadi “TV mania”, yang kuat berjam-jam di … Read more

Mengamati Gaya Belajar Anak

Pernahkah kita mencari tahu, mengapa ada anak yang bisa duduk diam dan ada pula anak-anak yang tak pernah berhenti bergerak; ada anak yang suka mendengarkan cerita tapi ada juga yang lebih suka membaca buku atau melihat-lihat gambar. Selama ini, khususnya di sekolah formal, hal-hal semacam itu mungkin hanya dijadikan catatan, namun tak membuahkan gagasan untuk … Read more

Homeschooling dan Kesiapan Orang Tua

Tulisan ini saya dedikasikan untuk para peminat homeschooling. Homeschooling kini bukan lagi sebuah wacana. Sudah banyak orang yang mencobanya. Namun sejauh ini, persoalan tentang legalitas masih saja menjadi bahan pembicaraan dan bahkan polemik. Pemerintah sendiri nampaknya memiliki paradigma sendiri tentang kehadiran homeschooling. Memperkaya model pendidikan, tentu iya, namun di sisi lain, ketika homeschooling sudah tersosialisasikan … Read more

Waspadai lingkungan anak-anak kita

Mendidik anak ternyata tak sesulit onta masuk ke lubang jarum, namun juga tak semudah membalikkan telapak tangan. Satu hal yang membuat pendidikan menjadi mudah, karena kunci utamanya ternyata hanyalah keteladanan; namun hal itu menjadi sulit, karena menjadi teladan berarti berjuang untuk mengubah kebiasaan. Ingin anak-anak suka membaca, maka rajinlah membaca; ingin anak-anak suka mengaji, maka … Read more

Homeschooling, haruskah eksklusif?

Sejak subsidi pendidikan nyaris ditiadakan, efek yang langsung terasa oleh masyarakat, adalah mahalnya biaya sekolah. Terbukanya peluang untuk tumbuhnya pendidikan alternatif seperti homeschooling (HS) adalah kabar baik. Dengan pertimbangan finansial, HS diharapkan bisa mengabaikan unsur-unsur tertentu yang membuat biaya pendidikan menjadi mahal. Biaya gedung, seragam, atau atribut-atribut fisik lainnya dapat ditiadakan. Pemerataan pendidikan pun diharapkan … Read more