Anda Bersikap Terbuka atau Tertutup?

Sikap terbuka (open mindedness) amat besar pengaruhnya dalam menumbuhkan komunikasi yang efektif. Lawannya: dogmatisme.

Mari kita lihat bagaimana karakteristik orang yang bersikap terbuka dikontraskan dengan karakteristik orang tertutup (dogmatis) yang saya ramu dari buku Psikologi Komunikasi – nya Jalaluddin Rahmat, dalam daftar berikut ini.

Sifat Orang Yang Terbuka
Pertama, seorang yang bersifat terbuka biasanya menilai pesan secara obyektif, dengan menggunakn data dan keajegan logika.

Kedua, orang terbuka rata-rata lebih mampu membedakan sesuatu dengan mudah, mampu melihat nuansa-nuansa.

Ketiga, orang yang bersifat terbuka lebih banyak berorientasi pada isi (content) ketimbang orangnya, bungkus atau polesan-polesannya.

Read more

Pernah Sakit Kepala?

Ini betul-betul penyakit yang cukup merepotkan jutaan manusia. Kebanyakan memang, sakitnya cuma sebentar. Tapi juga ada yang kambuh lagi setelah berbulan-bulan atau mungkin bertahun-tahun kemudian.

Sakit kepala ini timbul mungkin oleh berbagai sebab. Misalnya, tumor, infeksi, luka-luka di kepala, tekanan darah tinggi, penyakit mata, infeksi di hidung, kerongkongan, telinga, dan banyak lagi sebab yang lain.

Meskipun demikian, kebanyakan sakit kepala tidak berhubungan dengan kelainan organis. Banyak sebetulnya yang disebabkan oleh migraine (sakit kepala sebelah) atau sesuatu gangguan jiwa seperti ketegangan.

Seseorang jangan sekali-kali menganggap bahwa sakit kepalanya disebabkan oleh sesuatu penyakit yang serius, karena kebanyakan sakit kepala bersifat fungsional dan tidak ada hubungannya dengan perubahan-perubahan organis dalam otak.

Anehnya, otak itu sendiri tidak peka terhadap nyeri. Ini berarti bahwa kebanyakan sakit kepala bukanlah disebabkan oleh sesuatu kerusakan yang sebenarnya dalam otak itu sendiri. Meskipun demikian, suatu ketegangan atau tekanan pada selaput otak atau pembuluh-pembuluh darah yang besar di dalam kepala sudah pasti akan menimbulkan nyeri atau sakit kepala yang hebat. Sesuatu peradangan di dalam kepala, seperti yang terjadi dalam radang selaput otak, akan menyebabkan nyeri yang hebat di seluruh kepala. Tapi, jangan khawatir, sebab-sebab seperti itu jarang sekali terjadi dewasa ini.

Salah satu penyebab sakit kepala yang cukup “berat” adalah pengaruh yang terasa sesudah banyak meminum minuman keras. Minuman keras itu menjadi racun bagi jaringan-jaringan dan langsung mengganggu selaput otak. Ini menyebabkan rasa nyeri di kepala.

Minuman keras juga membesarkan pembuluh nadi di otak. Jelas hal ini menimbulkan nyeri yang serupa dengan sakit kepala sebelah. Karenanya, perawatan terbaik untuk sakit kepala seperti ini hanyalah “mengharamkan” meminum minuman keras ini dalam bentuk apapun jua.

***

Perawatan terbaik untuk sakit kepala hanyalah dengan mencegahnya jangan sampai timbul. Sakit kepala sebelah misalnya, selalu timbul dari tekanan dan ketegangan hidup. Hal ini yang menyebabkan sejenis gangguan listrik dalam otak. Dari situlah kesulitan mungkin akan segera merambat ke lambung lalu menjalar ke usus.

Disini akan diberikan beberapa anjuran sebagai upaya perawatan:

Read more

Akibat Minuman Keras

oleh: Nilna Iqbal

Alkoholisme merupakan salah satu persoalan masyarakat yang paling genting yang dihadapi oleh dunia kita dewasa ini.

Ia telah terlalu sering membawa kemiskinan, kejahatan, kegagalan dalam perusahaan, dan perpecahan dalam rumah tangga.

Satu dari tiap lima pasien yang dibawa ke rumah sakit jiwa, menderita penyakit akibat terus menerus minum minuman keras. Inilah satu persoalan yang harus diperhatikan oleh setiap orang. Baik mereka yang minum maupun mereka yang tidak minum.

Ada peminum yang minum dengan tetap, sedangkan yang lain minum hanya bilamana mereka di bawah tekanan atau kecemasan. Ada pula yang minum berlebih-lebihan dan merusak diri sendiri dengan cepat. Yang lain pula minum dengan ukuran tertentu, tetapi proses merusak diri sendiri masih berjalan terus. Minuman keras berfungsi sebagai obat penenang saraf  yang lain, dan karena mudah sekali didapat di banyak tempat di dunia, sehingga bahayanya bahkan lebih besar lagi.

Minuman keras sering merusak hati, dan menyebabkan “cirrhosis hepatis”. Minuman keras itu juga menyebabkan “gastritis” atau peradangan selaput lendir lambung. Pengaruhnya pada otak malah lebih nyata pula. Terlalu banyak minuman keras menyebabkan keadaan yang serius yang disebut “oedema” otak, dimana terdapat pembengkakan dan terbendungnya darah yang nyata sekali pada jaringan-jaringan otak, sehingga daya koordinasi yang normal tidak dapat berjalan lagi. Minuman keras melemahkan jantung, sehingga lambat-laun jantung itu tidak lagi bekerja dengan baik.

Read more

Ketika Nasruddin Dituduh Subversif

Suatu hari Mulla Nasruddin dipanggil ke istana raja. Disana sudah berkumpul para filsuf, ahli ilmu mantik, dan ahli hukum. Mereka berkumpul untuk menginterogasi Nasruddin. Perkaranya sudah dianggap sebagai sebuah kasus yang amat serius.

Persoalannya adalah Nasruddin sering datang ke berbagai tempat dengan meneriakkan satu khutbah yang sama. Dalam berbagai khutbah itu, ia menyebut orang-orang berilmu, seperti para filsuf, sebagai orang yang bodoh, kebingungan dan tak bisa mengambil keputusan. Tentu saja, ceramah Nasruddin ini dianggap subversif dan mengganggu ketertiban negara.

Singkat cerita, mereka yang merasa tersinggung meminta raja untuk mengadili Nasruddin. Digelarlah sebuah pengadilan dengan Nasruddin sebagai terdakwa tunggal.

Read more

Kiat Menulis Untuk Media Massa

oleh: Nilna Iqbal

Sebuah tulisan untuk media-massa sebenarnya tidak selalu harus benar-benar “tulisan pribadi” atau yang sering kita bayangkan sebagai karya asli/original, meluncur dari kata-kata sendiri, buah pikiran asli, murni.

Ada memang jenis naskah yang lebih enak ditulis dengan cara “mengarang“, yaitu yang keluar dari hati nurani atau pikiran sendiri. Misalnya saat menulis surat pribadi atau surat pembaca, menulis cerita, menulis essay/opini, menulis hasil pengamatan, pengalaman atau observasi.

Akan tetapi untuk tulisan jurnalistik, cara “ngarang” ini biasanya belum pas sebagai naskah jadi. Kekuatan naskah karya jurnalistik sebenarnya terletak pada “isi atau materi” alias substansi. Dan hal ini tidak mungkin dihasilkan hanya mengandalkan pikiran sendiri apalagi melulu suara hati penuh emosi. Pembaca berita tidak akan peduli dengan pikiran anda, juga perasaan anda. Yang mereka mau, fakta-fakta apa yang anda temukan dan laporkan. Yang perlu kita fokus ya pada fakta-fakta itu.

Jadi, kalau mau menulis untuk media-massa, rahasianya : BAHAN! Skill menulis apapun yang anda miliki saat ini, pakai sajalah. Asal bisa menulis kalimat yang orang lain mengerti, sudah cukup itu. Soal bagus atau jelek, biarkan saja. Ntar juga diperbaiki sama editor/redaktur, asalkan memang isinya “layak terbit”. Sambil terus berjalan, saking seringnya menulis, lama-lama skill atau cara kita menulis itu akan baik juga secara otomatis. Akan berlaku teori “kuantitas akan melahirkan kualitas“.

Read more

Sekolah lagi, Yuk!

Sudah 18 tahun saya tidak lagi “belajar” dalam arti belajar secara serius atau menimba ilmu secara mendalam. Saya yakin pasti banyak juga teman-teman lain yang setelah selesai kuliah, lalu bekerja atau berbisnis, sudah “tersedot” waktu dan energinya, dan tak pernah lagi “belajar”. Alasan apapun yang dikemukakan saya percaya, itu benar. Saya juga selalu saja bisa menemukan alasan-alasan yang “membenarkan” sikap itu.

Pertanyaan yang paling penting memang, “Buat apa sekolah lagi? Bukankah sudah cukup kita belajar dari buku-buku yang kini tersebar dimana-mana? Apapun bidang yang ingin kita pelajari, ada bukunya. Lagi pula belajar dalam bidang profesi atau usaha yang sedang digeluti toh masih tetap dilakukan, baik lewat seminar-seminar atau belajar sendiri.”

Oke lah itu memang sudah kita lakukan. Tapi, yang saya maksud justru belajar dalam arti yang lebih terstruktur, mendalam, melepaskan dahaga kita akan ilmu. Seperti dulu kita sekolah atau kuliah sampai bertahun-tahun lamanya.

Bedanya, dulu saya kuliah kurang termotivasi. Saya lebih peduli dengan nilai dan target-target prestasi lainnya. Karena itu saya lebih banyak belajar cara SKS aja. Sistem Kebut Semalam. Besok mau ujian, sekarang sampai subuh baru belajar mati-matian.

Akibatnya tak banyak “ilmu” yang saya peroleh, kecuali hanya kulit-kulitnya aja. Tapi saya juga tidak peduli. Bahkan mungkin sebagian besar pelajaran yang saya peroleh dulu waktu sekolah atau kuliah, sekarang sudah hilang semua.

Tetapi akhir-akhir ini, saya sering sekali gelisah. Ada “jeritan batin” yang senantiasa mengganggu. Ketika mencoba merenungkan kembali makna-makna hidup yang dijalani, rasanya banyak sekali waktu yang terbuang percuma. Setiap hari, kita sibuk terus dengan urusan-urusan sesuap nasi pengisi perut.

Padahal tubuh kita ini ‘kan ada tiga: perut, otak, dan hati. Tiga-tiganya juga perlu “makan”. Makanan perut, oke lah itu sudah kita lakukan setiap hari. Tetapi makanan otak, apa? Makanan hati, apa? Apakah kelaparan dan kehausan otak dan hati kita ini tidak pernah kita “peduli”?

Read more

Kecemasan Di Bawah Sadar

Kalau seseorang gagal membentuk citra-diri dan konsep diri-nya, apa sih yang akan terjadi?

Psikolog James Marcia, setelah melakukan study cukup mendalam tentang persoalan ini sampai kepada kesimpulan, ‘akan terjadi kekaburan identitas‘ pada diri mereka. Psikolog lain, Erikson, malah menambahkan; orang itu bisa jadi gagal menuju kedewasaannya. Ia akan terus terlunta-lunta dalam ‘pencarian-diri’ yang berkepanjangan dan kacau balau.

Akibat lainnya, akan muncul perasaan cemas. Yang anehnya, perasaan “cemas” itu nggak kerasa. Cemasnya lain, bukan cemas, sembarang cemas, semacam “cemas di bawah sadar“. Karena itu, wajahnya sih akan biasa-biasa aja. Tapi tengoklah tingkah-lakunya sehari-hari.

Richard Logan, juga seorang psikolog, berhasil menunjukkan beberapa mekanisme ‘pertahanan-diri‘  yang dilakukan seorang untuk mengurangi kecemasan akibat kekaburan identitas yang tengah dialaminya. Semacam kompensasi. Inilah dia:

Read more

Ketika Penundaan Menciptakan “Penjara”

oleh : Maya A Pujiati – Insight Area

Setumpuk pekerjaan menantang kita di setiap waktu. “Itulah bukti bahwa kita masih hidup”, begitu kata beberapa orang yang mencoba menghibur diri.

Bagi seorang ibu rumah tangga seperti saya, pekerjaan yang paling sering menumpuk adalah perabotan dan pakaian kotor. Sampai tak habis pikir, mengapa dua hal ini tak pernah ada habisnya. Terlebih, saya merasa bahwa tanpa solusi yang jitu, keduanya terlalu sering memenjarakan saya, membuat saya tak bisa melakukan pekerjaan yang lebih produktif, termasuk menemani anak-anak bermain. Ya, karena saya sudah terlalu lelah.

Semua sedikit berubah ketika suatu malam, sehabis sholat Isya, di bawah pengaruh dua gelas kopi yang saya minum pagi dan sore hari, saya membuka-buka buku yang agak aneh, Berpikir ala Einstein: Think like A Genius. Buku itu hasil coretan Todd Siler, seorang Doktor di bidang psikologi dan seni. Terima kasih untuk penerbit Kaifa yang sudah berani menerbitkannya di Indonesia.

Sebuah gambar pada halaman 103 buku itu, melukiskan 4 keadaan pikiran: pertama adalah TAK AKAN SELESAI, kedua TAK AKAN BISA SELESAI KALAU SEKARANG, ketiga TOH SUDAH TERLAMBAT UNTUK MENYELESAIKANNYA, dan yang keempat UNTUK APA MENYELESAIKAN APAPUN?. Paling menarik dari semua kata-kata tersebut adalah sebuah judul yang menegaskan ide besar gambar itu: MENUNDA ADALAH MENGISI WAKTU.

Read more

Ketika Teknologi Menjadi “Guru”

Sudah hampir seminggu lebih VCD edutalk Bahasa Jepang diputar berulang-ulang. Aksen native speaker yang unik membuat anak-anak, terutama si sulung Azkia (5 tahun), tertarik untuk menyimaknya. Kadang-kadang mereka tertawa terbahak-bahak saat mengulang ucapan sang native speaker yang dianggap sangat lucu. Ya, mereka kini belajar tanpa guru secara fisik. Mereka belajar dengan bantuan teknologi. Saya sering … Read more

Ketika Rasulullah Saw Dikisas

Hari itu, kaum Muhajirin dan Anshar sedang berkumpul di Masjid Rasulullah saw. Selesai shalat dua rakaat, beliau naik ke mimbar dan berkata, “Sesungguhnya saya ini adalah Nabi-mu, pemberi nasihat dan da’i yang menyeru manusia ke jalan Tuhan dengan izin-Nya. Aku ini bagimu bagaikan saudara yang penyayang dan bapak yang pengasih. Siapa yang merasa teraniaya olehku diantara kamu semua, hendaklah dia bangkit berdiri sekarang juga … untuk melakukan kisas kepadaku, sebelum ia melakukannya nanti di hari Kiamat”.

Sekali dua kali beliau mengulangi kata-katanya itu, dan pada ketiga kalinya barulah berdiri seorang laki-laki bernama ‘Ukasyah Ibnu Muhsin.

Ia berdiri di hadapan Rasul, sambil berkata, “Ibuku dan Ayahku menjadi tebusanmu ya Rasul Allah. Kalau tidaklah karena engkau telah berkali-kali menuntut kami supaya berbuat sesuatu atas dirimu, tidaklah aku akan berani tampil untuk memperkenankannya sesuai dengan permintaanmu. Dulu, aku pernah bersamamu di medan perang Badar sehingga untaku berdampingan sekali dengan untamu, maka aku pun turun dari atas untaku dan aku menghampiri engkau, lantas aku pun mencium paha engkau. Kemudian engkau mengangkat cambuk memukul untamu supaya berjalan cepat, tetapi engkau sebenarnya telah memukul lambung-sampingku. Saya tidak tahu apakah itu engkau sengaja atau tidak ya Rasul Allah, ataukah barangkali maksudmu dengan itu hendak melecut untamu sendiri?”

Read more