Tuhan Palsu

Dalam tulisan sebelumnya, kita sudah memahami bahwa Allah SWT adalah Wujud Yang Tidak Terbatas.

Karena itu, kita harus menolak pemahaman-pemahaman yang keliru tentang Tuhan, yang akhirnya tanpa sadar telah “Membuat Tuhan Palsu” dalam pikiran atau keyakinan kita.

Mari kita bahas beberapa diantaranya:

1. Tuhan bukanlah Materi sebagaimana diyakini oleh sebagian golongan.

Karena Tuhan adalah wujud sempurna yang tidak terbatas, yang tidak terikat oleh ruang dan waktu …. maka berarti Tuhan tidak mungkin berupa benda materi ataupun memiliki jasad/tubuh, sebagaimana yg diyakini oleh sebagian golongan.

Ketika dalam al-qur’an, ada ayat-ayat yg menyebutkan kata-kata “tangan Tuhan, wajah Tuhan, dsb” maka kita *tidak boleh memahaminya secara literal* sesuai apa yang tertulis.

Sebab sesungguhnya kalimat-kalimat itu bermakna simbolis (kiasan). Perlu penafsiran.

2. Tuhan Bukan Wujud Yang Terikat oleh Tempat

Sehingga jangan sampai kita beranggapan bahwa Tuhan berada di Langit (sebagai tempat).

Ketika dalam Al-Qur’an ada ayat yg menyatakan Allah bersemayam di ‘Arsy…. maka janganlah mengartikannya secara literal (leterleks), seolah Tuhan berada di suatu tempat yang bernama ‘Arsy.

Ayat itu perlu kita pahami sebagai ayat yang memerlukan penafsiran.

Begitu juga ketika kita membaca hadits Nabi yang menyebutkan bahwa Tuhan *turun dari ‘Arsy ke langit dunia* tiap sepertiga akhir malam… janganlah mengartikannya secara leterleks (sesuai tulisan).

Karena kalau hal ini terjadi, berarti Tuhan akan terikat dengan ruang dan waktu dan tidak akan pernah bisa naik lagi ke ‘Arsy.

Karena 1/3 malam itu kan beda-beda waktunya di setiap negara, sehingga akan terus terperangkap berputar di bumi sampai kiamat, tanpa henti.

3. Tuhan Tidak Mungkin Bisa Dilihat dengan Mata, sekalipun di Surga

Karena kalau terlihat, maka Tuhan jadi terikat dengan surga dan juga terikat oleh arah “di depan”.

Yang mana berarti Tuhan jadi tidak ada di tempat lain. Jelas ini mustahil bagi Tuhan.

Allah sendiri dalam alquran telah berfirman pada nabi Musa as bahwa ia tidak akan pernah melihat-Nya (QS: 7:143).

Tidak akan pernah itu bukan hanya ketika di bumi… tetapi adalah sampai kapanpun sekalipun di surga.

***

Sayangnya, karena kepercayaan kepada Tuhan tidak dibentuk secara rasional, maka tidak heran jika ada sebagian golongan yang meyakini Tuhan secara tidak rasional, bahkan bertentangan dengan akal.

Sebagian orang Islam melarang menggunakan akal dalam mengenal Tuhan. Cukuplah dari kitab suci. Bagaimana mungkin?

Kita ambil contoh. Misalnya ada seorang yg belum memeluk agama apapun, ia mau mencari Tuhan.

Lalu kita sodorkan kitab suci (al-quran) sebagai dalil & argumen. Mana mungkin ia akan percaya.

Sebelum orang percaya pada kitab suci, tentu ia harus percaya dulu pada yang mengirimkan kitab itu. Jadi terbalik.

Yg benar adalah, seseorang meyakini Tuhan harus lewat argumentasi akal dulu. Jika akal nya sudah menerima, maka dikatakan ia sudah meyakini. Keyakinan argumentatif.

Barulah setelah yakin pada Tuhan, bisa diajak berdalil dgn nabi, kitab suci, dst.

Keyakinan yg argumentatif itu akan mengantarkan kita pada pahaman yg benar.

Jangan sampai terjadi kesalahan besar seperti yg banyak terjadi dalam beberapa kelompok, lantaran tidak menggunakan akal dalam memahami Tuhan.

Mari kita lihat beberapa kesalahan berikut ini:

1. Tuhan dikatakan punya betis, untuk ditunjukkan sebagai bukti keTuhananNya di akhirat hingga orang-orang yang tadinya menolak-Nya menjadi menerima dan bersujud padaNya setelah betisNya ditunjukkan (riwayat ini ada pada Kitab Bukhari hadits ke 7439; 6886; dan Kitab Muslim hadits ke 209; 302; 472).

2. Tuhan dikatakan punya kaki untuk dimasukkan ke neraka yang selalu kurang hingga neraka berkata “cukup-cukup” (ada di kitab Bukhari hadits ke 4848; 4849; 4850; 6661; 7449; Muslim hadits ke 5082; 5083; 5084; 5085; 7354; 7356; 7358).

3. Tuhan dikatakan punya rumah di akhirat dimana nanti Nabi saww akan mengunjungiNya di rumahNya itu (Bukhari hadits ke 7002; 7440; 6886).

4. Tuhan dikatakan tertawa ketika memperlihatkan DiriNya di akhirat (Muslim hadits ke 278; 316; 489)

Semoga kita terhindar dari pemahaman yg keliru dan salah atau palsu tentang Tuhan Yang Sebenarnya. Yaitu Allah SWT, wujud yang Maha Sempurna, Maha Esa, Wujud yang Tidak Terbatas oleh apapun, dan Tak ada satu wujud pun yang dapat menyerupai Nya.

___________
Tulisan ini dibuat berdasarkan pemahaman yang saya simpulkan dari mendengarkan kajian Ushuluddin dan beberapa tulisan lain tentang tauhid. WaAllahu a’lam