Ketika Rasulullah Saw Dikisas

Hari itu, kaum Muhajirin dan Anshar sedang berkumpul di Masjid Rasulullah saw. Selesai shalat dua rakaat, beliau naik ke mimbar dan berkata, “Sesungguhnya saya ini adalah Nabi-mu, pemberi nasihat dan da’i yang menyeru manusia ke jalan Tuhan dengan izin-Nya. Aku ini bagimu bagaikan saudara yang penyayang dan bapak yang pengasih. Siapa yang merasa teraniaya olehku diantara kamu semua, hendaklah dia bangkit berdiri sekarang juga … untuk melakukan kisas kepadaku, sebelum ia melakukannya nanti di hari Kiamat”.

Sekali dua kali beliau mengulangi kata-katanya itu, dan pada ketiga kalinya barulah berdiri seorang laki-laki bernama ‘Ukasyah Ibnu Muhsin.

Ia berdiri di hadapan Rasul, sambil berkata, “Ibuku dan Ayahku menjadi tebusanmu ya Rasul Allah. Kalau tidaklah karena engkau telah berkali-kali menuntut kami supaya berbuat sesuatu atas dirimu, tidaklah aku akan berani tampil untuk memperkenankannya sesuai dengan permintaanmu. Dulu, aku pernah bersamamu di medan perang Badar sehingga untaku berdampingan sekali dengan untamu, maka aku pun turun dari atas untaku dan aku menghampiri engkau, lantas aku pun mencium paha engkau. Kemudian engkau mengangkat cambuk memukul untamu supaya berjalan cepat, tetapi engkau sebenarnya telah memukul lambung-sampingku. Saya tidak tahu apakah itu engkau sengaja atau tidak ya Rasul Allah, ataukah barangkali maksudmu dengan itu hendak melecut untamu sendiri?”

Rasulullah menjawab, “Maha suci Allah ya ‘Ukasyah, bahwa Rasulullah akan bermaksud memukul engkau dengan sengaja”.

Kemudian Nabi menyuruh Bilal supaya pergi ke rumah Fatimah, “Supaya Fatimah memberikan cambukku kepadaku”, kata beliau.

Bilal segera keluar Masjid dengan tangannya diletakkan di atas kepalanya keheranan sambil berkata sendirian, “Inilah Rasulullah memberikan kesempatan mengambil kisas terhadap dirinya!”

Ia ketuk pintu rumah Fatimah. “Siapa di luar?”

“Saya … saya ingin mengambil cambuk Rasulullah”, jawab Bilal.

“Apa yang akan dilakukan ayahku dengan cambuk ini?” tanya Fatimah.

“Ya Fatimah! Ayahmu memberikan kesempatan kepada orang untuk mengambil kisas terhadap dirinya”, kata Bilal, menegaskan.

“Siapakah gerangan yang sampai hati mengisas Rasulullah?” tukas Fatimah keheranan.

Bilal pun mengambil cambuk dan membawanya masuk ke dalam Masjid, lalu ia berikan cambuk itu kepada Rasulullah saw kemudian menyerahkannya kepada ‘Ukasyah.

Tatkala hal itu dilihat oleh Abu Bakar dan Umar, keduanya berkata kepada ‘Ukasyah, “Hai ‘Ukasyah! Kami sekarang berada di hadapanmu, pukul kisaslah kami berdua dan jangan sekali-kali engkau pukul Rasulullah saw!”

Rasulullah menyela, “Duduklah kalian berdua, Allah telah mengetahui kedudukan kamu berdua!”

Kemudian berdiri pula Ali bin Abi Thalib sambil berkata, “Hai ‘Ukasyah! Saya ini sekarang masih hidup di hadapan Nabi. Aku tidak sampai hati melihat kalau engkau akan mengambil kesempatan kisas memukul Rasulullah. Inilah punggungku, maka kisaslah aku dengan tanganmu dan deralah aku dengan tangan engkau sendiri!”

Nabi menukas pula, “Allah telah tahu kedudukan dan niatmu, wahai Ali!”

Kemudian tampil pula kedua kakak-beradik, Hasan dan Husein. “Hai ‘Ukasyah! Bukankah engkau telah mengetahui, bahwa kami berdua ini adalah cucu kandung Rasulullah, dan kisaslah terhadap diri kami dan itu berarti sama juga dengan mengisas Rasulullah sendiri!”

Tetapi Rasulullah menegur pula kedua cucunya itu, “Duduklah kalian berdua, wahai penyejuk mataku!”

Akhirnya Nabi berkata, “Hai ‘Ukasyah! Pukullah aku jika engkau berhasrat mengambil kisas!”

“Ya Rasul Allah! Sewaktu engkau memukul aku dulu, kebetulan aku sedang tidak lekat kain di badanku”, kata ‘Ukasyah.

Lantas tanpa bicara Rasulullah segera membuka bajunya, maka berteriaklah kaum Muslimin yang hadir sambil menangis.

Maka tatkala ‘Ukasyah melihat putih tubuhnya Rasulullah, ia segera mendekap tubuh Nabi dan mencium punggung beliau sepuas-puasnya sambil berkata, “Tebusanku rohku ya Rasulullah. Siapakah yang sampai hatinya untuk mengambil kesempatan mengisas engkau ya Rasul Allah? Saya sengaja berbuat demikian hanyalah karena berharap agar supaya tubuhku dapat menyentuh tubuh engkau yang mulia, dan agar supaya Allah dengan kehormatan engkau dapat menjagaku dari sentuhan api neraka”.

Akhirnya berkatalah Nabi, “Ketahuilah wahai para sahabat! Barang siapa yang ingin melihat penduduk surga, maka melihatlah kepada pribadi laki-laki ini!”

Lantas bangkit kaum Muslimin beramai-ramai mencium ‘Ukasyah diantara kedua matanya, dan mereka berkata, “Berbahagialah engkau yang telah mencapai derajat yang tinggi dan menjadi teman Rasulullah di surga kelak!”

Ya Allah! Demi kemuliaan dan kebesaran engkau mudahkan jugalah kami mendapatkan syafaatnya Rasulullah saw di kampung akhirat yang abadi nanti!

(riwayat Ibnu Abbas)

1 thought on “Ketika Rasulullah Saw Dikisas”

Leave a Comment