Pengaruh dan Bahaya Televisi Pada Otak Bawah Sadar Anak

Sejak dulu saya suka nonton TV. Bahkan tergolong keranjingan. Bisa begadang sampai sangat larut malam. Tapi sejak 14 tahun terakhir, terutama sejak anak saya Azkia dan Luqman hadir di rumah kami, secara sengaja kami memutuskan untuk tidak lagi punya TV. Dan itu berlangsung sampai hari ini. Alhamdulillah rasanya nyaman sekali. Ada banyak manfaat yang kami … Read more

Koreksi Al-Qur’an terhadap Ptolemeus dan Copernicus

Dulu, orang yang berpandangan sederhana percaya bahwa manusia adalah poros alam semesta. Selama ribuan tahun mereka juga meyakini bahwa Bumi pusat jagat raya. Bulan, Matahari, dan bintang seakan bertasbih dan tawaf mengelilingi Bumi tempat manusia berdiam.

Paham geosentris ini dikemukakan Claudius Ptolemeus tahun 140 SM dalam karyanya Almagest.

Ketika Al-Qur’an diwahyukan kepada Rasulullah saw pada abad VII M, paham geosentris masih tertanam kuat dalam wawasan pengetahuan manusia pada masa itu. Bahkan, pada era Khulafaur Raasyidiin, Bani Umayah dan Bani Abbasiyah kepercayaan itu tetap dianut kebanyakan orang. Sehingga, beberapa terminologi ayat Al-Qur’an sempat menimbulkan kesulitan yang cukup berat pada ahli-ahli tafsir Al-Qur’an zaman itu. Mereka masih terpengaruh bahwa benda-benda langit lain berputar mengelilingi Bumi.

Misalnya, untuk menerangkan terminologi sab’as samaawati yang diterjemahkan ‘tujuh langit’, seorang penafsir menjelaskannya sebagai lapisan-lapisan tempat beredarnya benda-benda langit. Menurut tafsir itu, langit pertama merupakan tempat beredarnya Bulan. Di langit kedua terdapat A’tharid, ‘Merkurius’. Di langit ketiga terdapat Uhra, ‘Venus’. Di langit keempat ada Matahari. Di langit kelima ada Arikh, ‘Mars’. Di langit keenam ada Usytari, ‘Yupiter’. Di langit terjauh terdapat Juhal, ‘Saturnus’.

Beberapa penafsir lain mengambil jalan tengah dengan penuh kehati-hatian menerangkan ayat-ayat “ilmiah” itu. Misalnya, ahli tafsir yang masyhur antara abad X-XI M, Al-Thabari, berpendapat bahwa kita harus tutup mulut jika tidak tahu. Barulah beberapa abad kemudian beberapa terminologi Al-Qur’an itu dapat dicerna oleh ilmu pengetahuan manusia.

Membantah Ptolemeus
Awal abad VII M, turun ayat Al-Qur’an yang langsung membantah teori geosentris Ptolemeus. Ayat itu berbunyi:
Kamu lihat gunung-gunung itu. Kamu sangka dia diam. Padahal, ia berjalan sebagaimana jalannya awan… Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa-apa yang kamu kerjakan”. (Q.S. An-Naml: 88)

Ketika ayat itu turun, banyak manusia (kaum kafir Qureis, Yahudi dan sebagian umat Islam) yang berkerut keningnya. Mengapa tidak? Bagaimana mungkin gunung-gunung yang jelas berdiri kokoh itu dikatakan berjalan? Apalagi berjalan laksana awan!

Tidak mustahil bila banyak kaum kafir mencemooh Rasulullah. Menurut pandangan mereka apa yang tertera dalam Al-Qur’an itu tidak logis dan melawan pengamatan inderawi.

Akan tetapi, kaum Muslimin yang benar-benar mengimani Allah dan Rasulullah serta meyakini Al-Qur’an sebagai aksioma kehidupan dan sumber kebenaran tetap mempercayainya, sekalipun pengetahuan belum bisa menjangkau pernyataan Al-Qur’an yang sangat ilmiah tersebut. Mereka menyadari bahwa kebenaran ilmu yang mereka pegang terlalu naif bila dibandingkan dengan kebenaran ilmu Allah Yang Maha Mengetahui.

Read more

Placebo Yang Misterius

Selama berabad-abad para dokter telah dilatih oleh para pasien bagaimana mengikuti upacara pemberian resep. Kebanyakan pasien menganggap keluhan mereka belum ditanggapi dengan sungguh-sungguh sebelum mereka menggenggam secarik kertas kecil berisi coretan yang sulit dibaca namun mengandung “mukjizat”. Bagi pasien, resep merupakan sertifikat jaminan penyembuhan. Resep adalah surat tanda hutang dokter yang menjanjikan kesehatan baik. Resep … Read more

MANUSIA: SEBUAH FENOMENA KIMIAWI

oleh: Maya A. Pujiati

Manusia dengan tepat disebut ‘alamush- shaghir atau jagad kecil di dalam dirinya. Struktur jasadnya perlu dipelajari, bukan hanya oleh orang-orang yang ingin menjadi dokter, tetapi juga oleh orang-orang yang ingin mencapai pengetahuan tentang Tuhan.

Dengan merenungkan wujud dan sifat-sifatnya, manusia bisa sampai pada sebagian pengetahuan tentang Tuhan. Seandainya beberapa detik saja manusia mau memperhatikan bagian-bagian tubuhnya yang sungguh sangat unik, semuanya akan membawa manusia pada suatu perenungan yang hebat. Mata dengan komposisi dan teksturnya yang artistik, hidung yang terbentuk sedemikian rupa, jari-jemari tangan yang bisa dilipat dan ditekuk, serta rambut yang bisa rontok dan kemudian tumbuh lagi, dst, dst.

Jika manusia dengan sombong mengklaim dirinya mampu membuat atau menciptakan apa saja, lantas ia harus membuktikannya dengan menciptakan salah satu dari anggota tubuhnya itu, niscaya untuk sebelah mata yang terpejam pun ia tidak akan mampu membuatnya.

Tetapi mengapa, banyak orang yang telah merenungkan dirinya tidak juga dapat menemui Tuhan, bahkan lari menjauh dari keinginannya mencari Tuhan. Itu berarti bahwa memang ada cara-cara tersendiri untuk melakukan itu.

Ada orang yang gagal menemukan Allah lewat pengamatan, lantas menyimpulkan bahwa Allah itu tidak ada dan bahwa dunia yang penuh keajaiban ini menciptakan dirinya sendiri. Mereka bagaikan seseorang yang melihat suatu huruf yang tertulis dengan indah kemudian menduga bahwa tulisan itu tertulis dengan sendirinya tanpa ada penulisnya.

Ada pula sebagian orang yang menolak kehidupan akhirat, tempat manusia akan diminta pertanggungjawabannya dan diberi balasan atas segala amal perbuatannya dengan pahala atau siksa. Dengan pendapat itu mereka telah menganggap diri mereka sendiri tidak ada bedanya dengan hewan dan sayur-sayuran yang akan musnah.

Sementara yang lainnya adalah mereka yang percaya kepada Allah dan hari akhirat, tetapi hanya dengan iman yang masih lemah.

Dunia tempat manusia hidup adalah ibarat sebuah panggung atau pasar yang disinggahi oleh para musafir di tengah perjalanannya ke tempat lain. Di sinilah mereka membekali diri dengan berbagai perbekalan untuk perjalanan itu.

Sementara itu, untuk membekali dirinya di dunia ini, sebenarnya manusia hanya membutuhkan dua hal: (1) perlindungan dan pemeliharaan jiwanya; dan (2) perawatan dan pemeliharaan jasadnya.

Pemeliharaan yang tepat atas jiwa kita adalah melalui pengetahuan (arafat), melalui kesadaran (ma’syar) dan cinta (mina) akan Tuhan. Dan jika manusia terserap ke dalam kecintaan akan segala sesuatu selain Allah, itu berarti keruntuhan jiwa. Inilah makna simbolis yang kita laksanakan saat kita haji.

Kecintaan kepada Allah adalah sesuatu yang memang sulit dicapai. Akan tetapi, bagaimanapun kecintaan kepada Allah adalah sebuah kewajiban.

Penyempurnaan kemanusiaan justru terletak di sini, yaitu bahwa kecintaan kepada Allah mesti menaklukkan hati kita dan terkuasai sepenuhnya. Kalaupun kecintaan kepada Allah tidak bisa sepenuhnya, maka hal itu minimal mesti merupakan perasaan yang paling besar di dalam hati kita, yang bisa mengatasi kecintaan kepada yang lain selain Allah.

Do’a Rasulullah berkenaan dengan cinta kepada Allah:

Read more

Arsitektur Lumpur

Arsitektur lumpur? Ya! Tapi jangan tergesa-gesa meremehkan arsitektur ini, sekalipun bahannya dari lumpur. Benar-benar karya monumental perpaduan antara sains dan seni yang sangat memukau. Dan teknologi ini masih tetap bertahan sejak ratusan tahun lalu sampai hari ini.

Bila kebetulan Anda ke Afghanistan, siapa tahu Anda beruntung dapat melihat bangunan yang mungkin paling surrealis dan indah yang pernah Anda lihat. Di sana, di daerah sekitar tanah yang tandus, menjulang bangunan-bangunan yang disebut ziarat, serupa Masjid. Ukurannya besar, dibuat dari lumpur.

Gurun-gurun maha luas yang merentang dari India sampai Afrika Barat penuh dengan bangunan-bangunan yang menawan seperti ini. Seperti nenek-moyang mereka beribu-ribu tahun yang lampau, penghuni gurun-gurun ini tinggal dalam rumah-rumah yang sangat efisien yang dibuat dari lumpur. Lumpur merupakan salah satu jenis bahan yang paling murah, yang persediaannya berlimpah-limpah.

Penghuni gurun sudah lama tahu, lumpur bahan yang paling ideal bagi mereka. Lumpur menyerap panas di siang hari, dan pada malam hari melepaskannya perlahan-lahan. Dengan sedikit kreativitas, lumpur juga dapat dibuat menjadi kolom-kolom penyangga, diukur menjadi relief-relief yang indah, dan dibentuk menjadi dinding raksasa dan menara-menara tinggi. Di India, Pakistan, Afghanistan, Iran, Niger, Mali, Mauritania, Senegel dan Marocco, di bawah teriknya matahari gurun, Anda akan banyak menemukannya.

Penangkap Angin
Di Pakistan misalnya, Anda dapat melihat “penangkap-penangkap angin” dari lumpur yang menjulang ke angkasa-angkasa seperti teropong kapal selam.

Read more

Semakin Cerdas, Semakin Panas

“Kalau Einstein lagi berpikir keras
maka ia pun terserang demam…….!”

Sensasi ini selalu ditiup- kobarkan oleh beberapa suratkabar, tatkala ahli fikir Fisika Matematika ini mulai ramai diperbincangkan orang. Namun bagi para fisiolog dan psikolog, hal itu tidak begitu mengejutkan.

Banyak para pemikir yang tekun, cepat menjadi panas dalam pekerjaannya. Siswa-siswa yang cerdaspun, badannya lekas panas, ketika perhatian telah tertumpu sepenuhnya pada suatu persoalan baru yang menarik hatinya. Makin pintar, makin panas. Makin Bodoh, makin dingin………!

Timbul pertanyaan, apa yang akan kita lakukan seandainya ternyata badan tak mau panas dengan sendirinya, sewaktu menghadapi suatu pekerjaan? Perlukah digosok-gosok terlebih dahulu seluruh permukaan badan supaya panas ? Ataukah pasrah begitu saja menerima kenyataan pahit bahwa memang kita ini bodoh seumur hidup dan dingin?

Berbagai jawaban dilontarkan orang. Tapi jawaban-jawaban tersebut sarat dengan berbagai kekecualian.

Read more

Apakah alam semesta ini banyak?

Bintang itu berapa sih banyaknya? Kalau kita mampu dan mau betah berjam-jam menghitungnya, maka dengan mata telanjang, bintang yang dapat kita lihat berjumlah sekitar 5.000.

Dengan pertolongan teleskop yang punya garis tengah 10 cm saja, jumlahnya berlipat ganda menjadi dua juta bintang! Apalagi bila digunakan teleskop raksasa bergaris tengah 5 meter, seperti di Mount Palomar, jumlah bintang yang bisa diamati lebih dari semilyar (ingat, nolnya saja sudah 9).

Konon lagi bila dipakai teleskop 100 meter, wah…!

Memang sampai saat ini, “seberapa besar” jagad raya belum bisa diketahui. Apalagi kalau ditanya, “tepi alam semesta dimana” atau yang lebih susah lagi, “kalau alam ini ada pinggirannya, lalu diluar pinggir itu apa?”

Sebenarnya matahari yang menyinari hidup kita setiap hari ini, ia adalah sejenis bintang juga, sama seperti bintang lain yang terlihat pada malam hari. Kenapa ia tampak lebih terang? Sebab ia memang relatif lebih dekat ke bumi kita, yakni 150 juta kilometer

Read more

Di Merkurius, Sehari Sama Dengan Setahun

Bertahun-tahun kita yakini, satu tahun terdiri atas 12 bulan, satu bulan 28 sampai 31 hari, satu hari 24 jam, satu jam 60 menit dan satu menit 60 detik. Tapi patokan itu ternyata tidak universal…!

Einstein pernah mengatakan, waktu hanyalah pengertian manusia terhadap perpindahan-perpindahan simbolik dari “tempat”. Waktu yang kita gambarkan sebagai jam, hari, bulan dan tahun itu tak lebih hanyalah istilah-istilah yang melukiskan peredaran Bumi di sekitar sumbunya dan peredarannya mengelilingi Matahari.

Read more

Ilustrasi Al-Qur’an tentang Matahari dan Bulan

Bagi manusia, Matahari adalah benda alam semesta yang sangat penting. Pada Matahari-lah terletak seluruh nasib tata surya. Matahari-lah mata kisaran semua komet, asteroid, dan planet. Matahari-lah pemancar tenaga seantero tata surya, pengatur dan pengocok perubahannya, pembangkit segala gerak utamanya. Matahari-lah lampu yang paling terang, massa yang paling berat. Matahari-lah penopang kehidupan dan raja seluruh lingkungan kosmik manusia. Kehidupan di Bumi dan kelangsungannya amat tergantung pada “tungku” raksasa itu.

Mengapa Matahari Bersinar?

Tuhan berfirman, “Maha suci Allah yang telah menjadikan dalam alam ini gugusan bintang (galaksi) dan Dia jadikan pula padanya ‘siraaja’ (Matahari) dan bulan yang bercahaya”. (QS. 25: 61)

Lalu dalam ayat lain, “Dan Allah menciptakan padanya bulan sebagai ‘nuur’ dan menjadikan matahari sebagai ‘siraaja’ (pelita)”. (QS. 71: 16)

Dalam kedua ayat ini Allah menyebutkan secara simbolis bahwa Matahari itu tak ubahnya laksana pelita. Bahkan dalam surat 78 ayat 13, Matahari itu disebut “siraajaw wahhaja” yang artinya pelita (lampu) yang sangat kuat nyalanya. Apa ini maknanya?

Read more

Apakah pengamatan dapat dipercaya?

Benarkah langit itu biru, Pegunungan itu hijau, dan darah itu merah? Betulkah air laut itu asin dan gula itu manis? Apakah air itu cair, es itu padat? Dan apa betul satu hari itu 24 jam, dan satu tahun itu dua belas bulan? Warna Itu Apa? Kalau pada sebuah prisma kaca kita lewatkan seberkas cahaya surya, … Read more